Selasa, 03 Juni 2014

Keutamaan Shalat Berjamaah

Keutamaan Shalat Berjamaah
IBADAH shalat fardhu pada dasarnya diperintahkan untuk dikerjakan secara berjamaah, karena shalat berjamaah sendiri memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebab itu juga, analisis kami tentang gerakan-gerakan shalat dan mukjizat yang terkandung didalamnya akan berangkat dari shalat berjamaah. Disamping, shalat berjamaah memiliki keutamaan yang sangat banyak.
Terdapat hadits yang berbicara tentang keutamaan shalat berjamaah yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw, pernah bersada, yang artinya; “Shalat (bila dikerjakan) secara berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan shalat yang dikerjakan sendirian.” 
Terdapat hadits yang bermakna sama dengan hadits di atas, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ubaidillah bin Umar bin Naafi’ yang artinya; “Shalatnya seseorang yang dikerjakan dengan berjamaah akan lebih utama dua puluh derajat daripada shat yang dikerjakan dengan sendirian.”
Namun, terjadi perbedaan sedikit tentang bilangan keutamaan yang terdapat dalam shalat berjamaah (dua puluh tujuh). Karena secara umum hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi hanya menyebut sebanyak dua puluh lima saja dan hanya hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar yang menyebut dua puluh tujuh keutamaan. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Dhahhak bin Utsman dari Naafi’ menggunakan kata “dua puluh derajat lebih”. Akan tetapi, penggunaan kata yang agak berbeda itu (dua puluh lebih) sama sekali tidak bertolak belakang dengan hadits yang menyebutkan secara jelas jumlah bilangan keutamaan yang terdapat dalam shalat berjamaah (dua puluh tujuh). Berikut ini ada beberapa hadits dari Rasulullah saw, diantaranya; Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy, ia pernah mendengar Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian karena memiliki dua puluh lima keutamaan.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Shalat seseorang yang dikerjakan secara berjamaah memiliki keutamaan (pahala) berlipat ganda sebanyak dua puluh lima kali lipat daripada shalat yang dikerjakan didalam rumahnya atau di tempat kerjanya. Hal itu jika ia berwudhu dengan benar dirumahnya lalu keluar menuju masjid (dengan niat) untuk melakukan shalat, setiap langkah yang dilaluinya akan dicatat sebagai amal kebaikan dan dapat menambahkan atu derajat untuknya di sisi Allah sekaligus dihapuskan satu dosa darinya. Kemudian jika ia sedang mengerjakan shalat maka malaikat akan mendoakan untuknya dan selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya, (malaikat akan mengucapkan doa untuknya) ‘Ya Allah, berikanlah kesejahteraan untuknya! Ya Allah, limpahkanlah rahmat untuknya! Dan malaikat terus mendoakan seperti itu (meski ia tetap berada di dalam masjid) sampai tiba waktu shalat lainnya.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, pernah ada seorang lelaki buta mendatangi Nabi saw, seraya berkata kepada Rasulullah, “Rasulullah, aku tidak memiliki seseorang yang menuntunku untuk berjalan ke masjid.” Kemudian lelaki buta itu meminta kepada Rasulullah saw, untuk diberi keringanan untuk melakukan shalat di rumahnya saja maka Rasul pun memberikan keringanan untuknya. Setelah lelaki itu hendak beranjak pergi, Rasul kembali memanggilnya seraya bertanya, “Apakah kamu mendengarnya seruan shalat (adzan)?” Lelaki itu menjawab, “Ya, saya mendengarnya.” Rasul kembali berkata, “Kalau begitu, kamu harus menjawab seruan itu.”
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Shalat sebaiknya dikerjakan di rumah kalian kecuali shalat fardhu (lima waktu)”.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia pernah berkata, “Siapa yang ingin ketika bertemu Allah nanti menjadi seorang muslim sejati maka hendaknya ia menjaga shalat-shalat fardhu ketika dating waktunya. Karena Allah telah memberikan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah (ajaran) petunjuk, sedangkan shalat termasuk salah satu di antara sunnah tersebut. Kalau kalian (terbiasa) mengerjakan shalat di rumah saja maka kalian seperti halnya orang yang merugi yang selalu mengerjakan shalat dirumah mereka saja dan kalian telah meninggalkan sunnah Nabi maka kalian akan mudah tersesat. Kalian telah melihat kami (para sahabat) selalu mengerjakan shalat di masjid dan orang yang biasanya terlambat (ketika mengerjakan shalat) adalah orang-orang munafik. Bahkan, pernah ada orang yang sudah melakukan shalat (bertakbir) padahal ia masih jauh, lalu berjalan pelan-pelan hingga bergabung dengan shaf.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, yang artinya; “Kami telah mengetahui bahwa salah satu sunnah petunjuk (para nabi) adalah mengerjakan shalat di masjid yang dikumandangkan adzan di dalamnya.”
Diriwayatkan dari Abu Darda r.a, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, yang artinya; “Setiap kota ataupun desa (tidak ada lagi tempat yang ketiga) yang tidak pernah diisi (penduduknya tidak pernah mengerjakan) ritual ibadah shalat maka setan akan leluasa menggoda mereka. Karena itu, kalian harus menjaga shalat berjamaah. Serigala hanya akan memangsa seekor kambing yang berada jauh dari rombongannya.”
Diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyib, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Perbedaan antara kami (umat Islam) dengan kaum munafik (dalam melaksanakan shalat) adalah shalat isya’ dan subuh, karena mereka (kaum munafik) tidak bisa melakukan keduanya.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw, bersabda yang artinya; “Seandainya semua orang tahu manfaat (keutamaan) adzan dan (mengerjakan shalat) shaf pertama (niscaya mereka akan berusaha untuk meraihnya) meski mereka hanya mendapatkan shaf terakhir tetap akan mereka lakukan. Seandainya semua orang tahu manfaat hijrah, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk melakukannya. Seandainya semua orang tahu keutamaan malam hari dan waktu subuh, niscaya mereka akan berusaha meraihnya meski harus berjalan dengan merayab (karena gelap).”  
Kumpulan hadits di atas dan juga hadits-hadits lainnya berusaha menjelaskan keutamaan shalat subuh dan Isya bila dikerjakan dengan berjamaah. Juga, berusaha menguatkan keutamaan shalat berjamaah secara umum. Sedangkan cerita Sulaiman bin Abu Hutsamah dengan Umar Ibnul Khaththab berikut ini, juga berusaha menjelaskan keutamaan shalat subuh secara berjamaan, yaitu sebagai berikut:
Diriwayatkan bahwa Umar Ibnul Khaththab telah kehilangan (tidak melihat) Seulaiman bin Abu Hutsamah pada waktu shalat subuh. Kebetulan, pada siang harinya Umar Ibnul Khaththab hendak pergi ke pasar, sedang Sulaiman sendiri tinggal di daerah antara pasar dan Masjid Nabawi. Ketika hendak menuju pasar, Umar bertemu Syifa’, ibu Sulaiman, lantas Umar segera bertanya kepada ibu tua itu. “Ibu itu segera menimpali, “Dia semalaman melakukan shalat malam lalu ketiduran.” Umar segera balas berkata, “Kalau aku, lebih baik bisa mengerjakan shalat subuh dengan berjamaan daripada shalat malam (tetapi ketinggalan jamaah shalat subuh).”
Artinya, Umar bermaksud mengatakan bahwa mengerjakan shalat subuh berjamaah itu lebih baik daripada melakukan shalat malam tetapi ketinggalan jamaah shalat subuh.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dua puluh lima kali lipat daripada shalat yang dikerjakan sendiri-sendiri. Malaikat malam dan malaikat siang akan berkumpul pada saat dilaksanakannya shalat subuh.” 
Lalu Abu Hurairah menambahkan, “Kalau kalian mau, kalian bisa membaca ayat yang berbunyi, “…Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (al-Israa’: 78).
Al-A’masy pernah mendengar Salim berkata bahwa ia pernah mendengar Ummu Darda berkata, “Suatu ketika Abu Darda pernah menemuiku, sebelum ia masuk Islam, dengan marah-marah, lalu aku bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu marah?” Abu Darda menjawab, “Aku selalu melihat pengikut Muhammad itu selalu melakukan shalat dengan bersama-sama (jamaah).”
Diriwayatkan dari Abu Musa bahwa Nabi saw, pernah bersabda, yang artinya; “Orang yang paling banyak pahalanya ketika (ingin) mengerjakan shalat adalah orang yang paling banyak berjalan (jauh jarak antara rumahnya dan masjid) dan orang yang menunggu waktu shalat berikutnya lalu mengerjakan shalat itu bersama imam (berjamaah) lebih banyak pahalanya daripada orang yang melakukan shalat lalu tidur lagi.”
Hadits-hadits Nabi saw, banyak yang berbicara secara khusus tentang keutamaan shalat isya dan subuh yang dikerjakan dengan berjamaah. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi kaum munafik daripada shalat subuh dan isya. Seandainya saja mereka mengetahui keutamaan dua shalat tersebut niscaya mereka akan rajin mengikutinya juga meski haru berjalan dengan merangkak. Aku sempat berkeinginan untuk memerintahkan orang agar rajin mengumandangkan adzan dan iqamat, dan memerintahkan orang untuk mengimami jamaahnya, lalu membawa obor dan membakar orang-orang yang tidak keluar dari rumahnya untuk mengerjakan shalat.”
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah saw, pernah bersabda, “Shalatnya seseorang yang dikerjakan berjamaan meski hanya bersama satu orang saja lebih baik daripada shalat yang dikerjakan sendirian. Shalat yang dikerjakan berjamaah dengan dua orang lebih baik daripada hanya bersama satu jamaah dengan dua orang lebih baik daripada hanya bersama satu jamaah dan bila semakin banyak akan semakin disenangi oleh Allah.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, “Siapa yang terbangun di malam hari lalu membangunkan keluarganya (istri) juga. Kemudian keduanya melakukan shalat sunnah dua rakaat berjamaah maka keduanya akan dicatat sebagai orang-orang yang selalu mengingat Allah.”
Hadits ini menjadi bukti betapa banyak keutamaan shalat yang dilakukan dengan berjamaah meski hanya shalat sunnah sekalipun.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa pernah ada seorang laki-laki masuk ke masjid dan Rasulullah saw, waktu itu sedang melakukan shalat bersama para sahabatnya. Selesai shalat, Rasulullah saw, bersabda, “Siapa yang ingin bersedekah kepadaku maka shalatlah bersama orang ini.” Tidak lama kemudian, ada seorang laki-laki yang mengajukan diri dan shalat berjamaah bersama lelaki tersebut.
Itulah diantara hadits-hadits yang diriwayatkan dari para sahabat Rasulullah saw, yang berbicara tentang keutamaan shalat berjamaah dan lebih khususnya lagi, shalat Isya dan Subuh. Semua hadits di atas membuktikan bahwa dasar hokum asli shalat adalah dilakukan dengan berjamaah. Karena itu, pembahasan tentang mukjizat gerak dalam shalat akan dimulai dari shalat seorang muslim ketika ia berada di dalam jamaah.