Keutamaan Shalat Berjamaah
IBADAH shalat fardhu pada
dasarnya diperintahkan untuk dikerjakan secara berjamaah, karena shalat
berjamaah sendiri memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebab itu juga,
analisis kami tentang gerakan-gerakan shalat dan mukjizat yang terkandung
didalamnya akan berangkat dari shalat berjamaah. Disamping, shalat berjamaah
memiliki keutamaan yang sangat banyak.
Terdapat hadits yang
berbicara tentang keutamaan shalat berjamaah yang diriwayatkan dari Abdullah
bin Umar bahwa Rasulullah saw, pernah bersada, yang artinya; “Shalat (bila
dikerjakan) secara berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan
shalat yang dikerjakan sendirian.”
Terdapat hadits yang
bermakna sama dengan hadits di atas, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
dari Ubaidillah bin Umar bin Naafi’ yang artinya; “Shalatnya seseorang yang dikerjakan dengan
berjamaah akan lebih utama dua puluh derajat daripada shat yang dikerjakan dengan
sendirian.”
Namun, terjadi perbedaan
sedikit tentang bilangan keutamaan yang terdapat dalam shalat berjamaah (dua
puluh tujuh). Karena secara umum hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
hanya menyebut sebanyak dua puluh lima saja dan hanya hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Umar yang menyebut dua puluh tujuh keutamaan. Adapun hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Dhahhak bin Utsman dari Naafi’ menggunakan kata
“dua puluh derajat lebih”. Akan tetapi, penggunaan kata yang agak berbeda itu
(dua puluh lebih) sama sekali tidak bertolak belakang dengan hadits yang
menyebutkan secara jelas jumlah bilangan keutamaan yang terdapat dalam shalat
berjamaah (dua puluh tujuh). Berikut ini ada beberapa hadits dari Rasulullah
saw, diantaranya; Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy, ia pernah mendengar
Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Shalat berjamaah lebih utama daripada
shalat sendirian karena memiliki dua puluh lima keutamaan.”
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Shalat seseorang yang dikerjakan secara
berjamaah memiliki keutamaan (pahala) berlipat ganda sebanyak dua puluh lima
kali lipat daripada shalat yang dikerjakan didalam rumahnya atau di tempat
kerjanya. Hal itu jika ia berwudhu dengan benar dirumahnya lalu keluar menuju
masjid (dengan niat) untuk melakukan shalat, setiap langkah yang dilaluinya
akan dicatat sebagai amal kebaikan dan dapat menambahkan atu derajat untuknya
di sisi Allah sekaligus dihapuskan satu dosa darinya. Kemudian jika ia sedang mengerjakan
shalat maka malaikat akan mendoakan untuknya dan selama ia masih tetap berada
di tempat shalatnya, (malaikat akan mengucapkan doa untuknya) ‘Ya Allah,
berikanlah kesejahteraan untuknya! Ya Allah, limpahkanlah rahmat untuknya! Dan
malaikat terus mendoakan seperti itu (meski ia tetap berada di dalam masjid)
sampai tiba waktu shalat lainnya.”
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah, pernah ada seorang lelaki buta mendatangi Nabi saw, seraya berkata
kepada Rasulullah, “Rasulullah, aku tidak memiliki seseorang yang menuntunku
untuk berjalan ke masjid.” Kemudian lelaki buta itu meminta kepada Rasulullah
saw, untuk diberi keringanan untuk melakukan shalat di rumahnya saja maka Rasul
pun memberikan keringanan untuknya. Setelah lelaki itu hendak beranjak pergi, Rasul
kembali memanggilnya seraya bertanya, “Apakah kamu mendengarnya seruan shalat (adzan)?” Lelaki itu menjawab, “Ya, saya mendengarnya.”
Rasul kembali berkata, “Kalau begitu, kamu harus menjawab seruan itu.”
Diriwayatkan dari Zaid bin
Tsabit, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Shalat sebaiknya dikerjakan di rumah
kalian kecuali shalat fardhu (lima waktu)”.
Diriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud, ia pernah berkata, “Siapa yang ingin ketika bertemu Allah nanti menjadi
seorang muslim sejati maka hendaknya ia menjaga shalat-shalat fardhu ketika
dating waktunya. Karena Allah telah memberikan kepada Nabi kalian sunnah-sunnah
(ajaran) petunjuk, sedangkan shalat termasuk salah satu di antara sunnah
tersebut. Kalau kalian (terbiasa) mengerjakan shalat di rumah saja maka kalian
seperti halnya orang yang merugi yang selalu mengerjakan shalat dirumah mereka
saja dan kalian telah meninggalkan sunnah Nabi maka kalian akan mudah tersesat.
Kalian telah melihat kami (para sahabat) selalu mengerjakan shalat di masjid
dan orang yang biasanya terlambat (ketika mengerjakan shalat) adalah
orang-orang munafik. Bahkan, pernah ada orang yang sudah melakukan shalat
(bertakbir) padahal ia masih jauh, lalu berjalan pelan-pelan hingga bergabung
dengan shaf.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, yang
artinya; “Kami
telah mengetahui bahwa salah satu sunnah petunjuk (para nabi) adalah
mengerjakan shalat di masjid yang dikumandangkan adzan di dalamnya.”
Diriwayatkan dari Abu
Darda r.a, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, yang artinya; “Setiap kota
ataupun desa (tidak ada lagi tempat yang ketiga) yang tidak pernah diisi
(penduduknya tidak pernah mengerjakan) ritual ibadah shalat maka setan akan
leluasa menggoda mereka. Karena itu, kalian harus menjaga shalat berjamaah.
Serigala hanya akan memangsa seekor kambing yang berada jauh dari
rombongannya.”
Diriwayatkan dari Sa’id
bin al-Musayyib, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Perbedaan
antara kami (umat Islam) dengan kaum munafik (dalam melaksanakan shalat) adalah
shalat isya’ dan subuh, karena mereka (kaum munafik) tidak bisa melakukan
keduanya.”
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a, Rasulullah saw, bersabda yang artinya; “Seandainya semua orang tahu manfaat
(keutamaan) adzan dan (mengerjakan shalat) shaf pertama (niscaya mereka akan
berusaha untuk meraihnya) meski mereka hanya mendapatkan shaf terakhir tetap
akan mereka lakukan. Seandainya semua orang tahu manfaat hijrah, niscaya mereka
akan berlomba-lomba untuk melakukannya. Seandainya semua orang tahu keutamaan
malam hari dan waktu subuh, niscaya mereka akan berusaha meraihnya meski harus
berjalan dengan merayab (karena gelap).”
Kumpulan hadits di atas
dan juga hadits-hadits lainnya berusaha menjelaskan keutamaan shalat subuh dan
Isya bila dikerjakan dengan berjamaah. Juga, berusaha menguatkan keutamaan
shalat berjamaah secara umum. Sedangkan cerita Sulaiman bin Abu Hutsamah dengan
Umar Ibnul Khaththab berikut ini, juga berusaha menjelaskan keutamaan shalat
subuh secara berjamaan, yaitu sebagai berikut:
Diriwayatkan bahwa Umar
Ibnul Khaththab telah kehilangan (tidak melihat) Seulaiman bin Abu Hutsamah
pada waktu shalat subuh. Kebetulan, pada siang harinya Umar Ibnul Khaththab
hendak pergi ke pasar, sedang Sulaiman sendiri tinggal di daerah antara pasar
dan Masjid Nabawi. Ketika hendak menuju pasar, Umar bertemu Syifa’, ibu
Sulaiman, lantas Umar segera bertanya kepada ibu tua itu. “Ibu itu segera
menimpali, “Dia semalaman melakukan shalat malam lalu ketiduran.” Umar segera
balas berkata, “Kalau aku, lebih baik bisa mengerjakan shalat subuh dengan
berjamaan daripada shalat malam (tetapi ketinggalan jamaah shalat subuh).”
Artinya, Umar bermaksud
mengatakan bahwa mengerjakan shalat subuh berjamaah itu lebih baik daripada
melakukan shalat malam tetapi ketinggalan jamaah shalat subuh.
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dua puluh
lima kali lipat daripada shalat yang dikerjakan sendiri-sendiri. Malaikat malam
dan malaikat siang akan berkumpul pada saat dilaksanakannya shalat subuh.”
Lalu Abu Hurairah
menambahkan, “Kalau kalian mau, kalian bisa membaca ayat yang berbunyi, “…Sesungguhnya
shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (al-Israa’: 78).
Al-A’masy pernah mendengar
Salim berkata bahwa ia pernah mendengar Ummu Darda berkata, “Suatu ketika Abu
Darda pernah menemuiku, sebelum ia masuk Islam, dengan marah-marah, lalu aku
bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu marah?” Abu Darda menjawab, “Aku selalu
melihat pengikut Muhammad itu selalu melakukan shalat dengan bersama-sama
(jamaah).”
Diriwayatkan dari Abu Musa
bahwa Nabi saw, pernah bersabda, yang artinya; “Orang yang paling banyak pahalanya ketika
(ingin) mengerjakan shalat adalah orang yang paling banyak berjalan (jauh jarak
antara rumahnya dan masjid) dan orang yang menunggu waktu shalat berikutnya
lalu mengerjakan shalat itu bersama imam (berjamaah) lebih banyak pahalanya
daripada orang yang melakukan shalat lalu tidur lagi.”
Hadits-hadits Nabi saw,
banyak yang berbicara secara khusus tentang keutamaan shalat isya dan subuh
yang dikerjakan dengan berjamaah. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Tidak ada
shalat yang lebih berat bagi kaum munafik daripada shalat subuh dan isya.
Seandainya saja mereka mengetahui keutamaan dua shalat tersebut niscaya mereka
akan rajin mengikutinya juga meski haru berjalan dengan merangkak. Aku sempat
berkeinginan untuk memerintahkan orang agar rajin mengumandangkan adzan dan
iqamat, dan memerintahkan orang untuk mengimami jamaahnya, lalu membawa obor
dan membakar orang-orang yang tidak keluar dari rumahnya untuk mengerjakan
shalat.”
Diriwayatkan dari Ubay bin
Ka’ab, Rasulullah saw, pernah bersabda, “Shalatnya seseorang yang dikerjakan
berjamaan meski hanya bersama satu orang saja lebih baik daripada shalat yang
dikerjakan sendirian. Shalat yang dikerjakan berjamaah dengan dua orang lebih
baik daripada hanya bersama satu jamaah dengan dua orang lebih baik daripada
hanya bersama satu jamaah dan bila semakin banyak akan semakin disenangi oleh
Allah.
Diriwayatkan dari Abu
Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, “Siapa yang terbangun di malam hari lalu
membangunkan keluarganya (istri) juga. Kemudian keduanya melakukan shalat
sunnah dua rakaat berjamaah maka keduanya akan dicatat sebagai orang-orang yang
selalu mengingat Allah.”
Hadits ini menjadi bukti
betapa banyak keutamaan shalat yang dilakukan dengan berjamaah meski hanya
shalat sunnah sekalipun.
Diriwayatkan dari Abu
Sa’id bahwa pernah ada seorang laki-laki masuk ke masjid dan Rasulullah saw,
waktu itu sedang melakukan shalat bersama para sahabatnya. Selesai shalat,
Rasulullah saw, bersabda, “Siapa yang ingin bersedekah kepadaku maka shalatlah
bersama orang ini.” Tidak lama
kemudian, ada seorang laki-laki yang mengajukan diri dan shalat berjamaah
bersama lelaki tersebut.
Itulah diantara
hadits-hadits yang diriwayatkan dari para sahabat Rasulullah saw, yang berbicara
tentang keutamaan shalat berjamaah dan lebih khususnya lagi, shalat Isya dan
Subuh. Semua hadits di atas membuktikan bahwa dasar hokum asli shalat adalah
dilakukan dengan berjamaah. Karena itu, pembahasan tentang mukjizat gerak dalam
shalat akan dimulai dari shalat seorang muslim ketika ia berada di dalam
jamaah.