Selasa, 24 Juni 2014

Keutamaan Ruku dan Bentuknya


KEUTAMAAN RUKU DAN BENTUKNYA

Pentingnya posisi ruku dalam shalat sama pentingnya dengan shalat itu sendiri. Adanya ruku’ jenis shalat dapat diukur, yaitu kita menyebut shalat subuh dengan dua rakaat (dua kali melakukan ruku) dan shalat zhuhur dengan empat rakaat (empat kali melakukan ruku). Dengan kata lain, shalat dibatasi dengan bilangan rakaatnya (ruku). Adapun dalil hukum wajib ruku itu sendiri terdapat dalam al-Quran, hadits, dan ijma (kesepakatan) umat Islam.
Allah telah memerintahkan kita untuk ruku dalam firman-Nya yang artinya; ‘Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, suduj kamu…” (al-Hajj: 77).
Bahkan, Rasulullah saw, pernah memerintahkan umatnya untuk merasa rendah dalam shalat mereka, seraya berkata, “ Rukulah sampai kamu merasa tenang dengan ruku itu!”  Terdapat hadits-hadits lainnya yang menegaskan tentang pentingnya ruku dalam shalat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; Siapa yang mendapat ruku ketika tertinggal shalat maka ia telah mendapatkan satu rakaat.”  Diriwayatkan dari Abu Hurairah juga, Rasulullah saw, pernah bersabda, yang artinya; “Siapa yang mendapatkan satu ruku ketika mengerjakan shalat Subuh sesaat sebelum terbitnya matahari maka ia telah mendapatkan shalat Subuh tersebut (tidak dihitung qadha). Siapa yang mendapatkan satu ruku ketika mengerjakan shalat Ashar sesaat sebelum terbenamnya matahari maka ia telah mendapatkan shalat Ashar tersebut (tidak dihitung qadha).” Dari hadits-hadits diatas, dapat kita lihat betapa pentingnya ruku itu. Diriwayatkan dari Naafi’, Abdullah bin Umar Ibnul Khaththab pernah berkata, “Jika kamu ketinggalan ruku maka sujud kamu tidak dihitung (tidak terhitung satu rakaat).”
Diriwayatkan dari Malik, ia diberi tahu bahwa Abdullah bin Umar dan Zaid bin Tsabit keduanya pernah berkata, “Siapa yang mendapat satu ruku maka ia mendapat satu sujud (rakaat).” Dari sini dapat terlihat, ruku sama pentingnya dengan shalat. Adapun cara ruku yang baik telah digambarkan oleh hadits-hadits para sahabat r.a. dimana mereka memberi perhatian sangat besar terhadap gerakan-gerakan shalat, bahkan menggambarkannya dengan sangat detail, seakan-akan kita sedang melihat Rasulullah saw, melakukan shalat. Perlu diketahui, ketika ruku, seseorang harus membungkukkan badannya sampai kedua tangannya menyentuh dua lutut. Adapun sunnah yang terdapat dalam ruku adalah meratakan kepala dengan bokong, bertopang dengan kedua tangan yang menempel pada kedua lutut dan kedua tangan agak renggang ke samping, merenggangkan jemari tangan di atas lutut, serta melemaskan punggung. Cara ruku ini terdapat dalam beberapa hadits, seperti berikut ini. Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, “Ia melakukan ruku dengan menyampingkan (merenggangkan) kedua tangannya, meletakkan kedua tangannya di atas lutut, dan merenggangkan jemari  tangannya di atas lutut. Lalu Uqbah berkata, “Seperti inilah aku melihat Rasulullah saw, melakukan shalat.”
Diriwayatkan dari Abu Hamid, Rasulullah saw, jika melakukan ruku maka beliau melakukannya dengan lurus (punggungnya) dan kepala beliau tidak turun ke bawah ataupun menaikkannya ke atas. Rasulullah saw, juga meletakkan kedua tangannya di atas lutut sambil mencengkeram kedua lututnya.”
Diriwayatkan  dari Aisyah r.a, ia berkata, “Rasulullah saw, memulai shalat itu dengan mengucapkan takbir lalu membaca surah al-Fatihah. Ketika beliau ruku, kepalanya tidak ditundukkan ataupun dinaikkan, tetapi berada di tengah-tengah. Kemudian , ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku, beliau tidak langsung sujud, tetapi berdiri tegak terlebih dahulu. Ketika mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak langsung sujud lagi (sujud kedua), tetapi duduk sebentar dulu. Beliau selalu membaca kalimat tasyahhud setiap menyelesaikan dua rakaat. Ketika duduk, beliau membentangkan (merebahkan) telapak kaki kirinya (inversi) dan membiarkan tegak telapak kaki kanannya. Beliau melarang umatnya untuk duduk dengan cara duduk setan dan melarang pula seorang laki-laki untuk merebahkan kedua sikunya (di atas tanah) seperti yang dilakukan binatang buas. Kemudian, beliau menutup shalatnya dengan mengucapkan salam.”
Maksud dari “cara duduk setan” adalah seorang pelaksana shalat duduk di atas bokongnya dang mengangkat kedua betis dan pahanya, lalu ia meletakkan kedua tangannya ke tanah. Posisi ini sama seperti jongkoknya anjing atau binatang buas.
Diriwayatkan dari Ali r.a, “Rasulullah saw, jika sudah ruku (punggungnya akan sangat lurus) sehingga jika diletakkan sebuah tempat air di atas punggung beliau itu, tempat air itu tidak akan terjatuh.”
Diriwayatkan dari Mus’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku pernah melakukan shalat di samping ayahku, lalu aku merapatkan telapak tanganku dan meletakkannya di paha. Tetapi kemudian, ayahku melarang tindakanku itu (meletakkan tangan dengan posisi tersebut), seraya berkata, “Dulu, kami juga pernah melakukan hal yang sama (seperti yang kamu lakukan tetapi Rasulullah melarangnya) dan memerintahkan kami untuk meletakkan tangan di lutut.”
Abu Hamid pernah berkata di antara teman-temannya, “Nabi saw, melakukan ruku sampai punggung beliau betul-betul rata.”

Dari sejumlah hadits di atas yang berbicara tentang hukum ruku dan cara melakukannya, dapat kita simpulkan bahwa seorang pelaksanan shalat harus mengangkat kedua tangannya sampai kedua bahunya rata ketika ia mengucapkan takbir pada saat hendak ruku. Takbir itu baru berhenti setelah ia selesai menyempurnakan posisi rukunya, yaitu badan condong ke arah bawah depan, lalu ia meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya ketika ruku dengan merenggangkan jemari tangan di atas lutut dan membiarkan jemari itu menjulur ke bawah dan tidak ke belakang seperti yang dilakukan beberapa orang. Setelah itu pelaksana shalat harus meluruskan kedua lutunya dan jangan melipatnya, lalu membiarkan punggungnya lurus, sedangkan leher dan kepalanya berada sama rata dengan punggung (sejajar) dan jangan membiarkan kepalanya lebih rendah atau lebih tinggi dari punggung, serta ia merenggangkan kedua sikunya dari badannya. Kaum wanita memiliki perbedaan dalam cara melakukan ruku, mereka lebih merapatkan anggota tubuhnya dan tidak merenggangkan kedua sikunya dari badan, tetapi memasukkan kedua sikunya di bawah tubuh, lalu membaca subhanallaah rabbiyal ‘azhiimi  sebanyak tiga kali, tetapi jika lebih banyak hingga tujuh atau sepuluh akan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar