Rabu, 04 Juni 2014

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Mengangkat Kedua Tangan

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Mengangkat Kedua Tangan
Ketika mengangkat kedua tangan, hendaknya seorang muslim meratakan kedua telapan tangannya dan mengarahkan telapai tangan dalam menghadap kiblat, sedangkan kedua ibu jarinya rata dengan daun telinga. Adapun jari-jemari tangan berada di atas daun telinga, barulah setelah itu ia mengucapkan takbir untuk meulai shalat.
Dari cara mengangkat tangan seperti di atas, terlintas dalam benak kita beberapa pertanyaan, mengapa haru seperti itu cara mengangkat kedua tangan? Mengapa pula ke dua telapak tangan harus rata?
Jawabannya, biasanya seseorang dalam kehidupan sehari-hari sangat mungkin mengalami kebungkukan di daerah punggung, berputarnya dua bahu, atau punggung lebih condong ke belakang. Kelainan-kelainan ini banyak dialami oleh banyak orang yang sering melakukan pekerjaan kantor. Karena, pekerjaan kantor menuntut seseorang untuk selalu membungkuk kearah meja dalam waktu yang relative lama. Juga, kelainan ini banyak diderita oleh orang-orang yang bekerja di percetakan dan para manula. Efek dari kelainan-kelainan ini dapat mengurangi kemampuan sirkulasi paru-paru, yaitu mengecilnya volume muatan udara dalam tarikan dan embusan udara dari batas normal. Adapun batas normal kadar oksigen itu hanya seperlima dari total kandungan udara dalam tubuh.
Kemudian, terjadi hubungan langsung antara kemampuan sirkulasi paru-paru dengan kadar oksigen yang ada dalam tubuh. Maksudnya, semakin berkurangnya kemampuan sirkulasi paru-paru (diafragma) maka akan semakin mengurani kadar oksigen yang terdapat dalam paru-paru. Efek pengurangan system pernapasan akan dapat mengurangi produksi hemoglobin darah yang berarti akan mengurangi juga kadar darah penyuplai oksigen dan nutrisi ke sel-sel dalam tubuh, maka akhirnya akan mengurangi proses pengolahan nutrisi dalam sel tubuh karena minimnya oksigen yang diterima. Bila demikian, kadar darah yang mengangkut bahan-bahan kimia hasil  metabolism tubuh dan diangkut kembali ke jantung dan paru-paru itu akan berkurang. Sedangkan proses terakhir (peredaran darah dari jantung ke paru-paru) adalah upaa melepaskan darah dari sisa metabolism berupa karbondioksida melalui organ paru-paru. Akhirnya, kemampuan proses pelepasan zat-zat sisa metabolism dari sel-sel tubuh akan berkurang sehingga menyebabkan system otot akan cepat merasa lelah akibat bertumpuknya zat sisa metabolism (pembakaran).
Pengaruh kelainan penyempitan diafragma (sirkulasi paru-paru) itu tidak hanya sebatas pada sel-sel otot saja, tetapi dapat menyebar pula pada sel-sel otak karena berkurangnya suplai darah pembawa oksigen dan nutrisi ke sel otak. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan penguraian zat-zat sisa metabolism pada sel otak sehingga dapat menyebabkan munculnya stress. Gerakan mengangkat tangan ketika shalat dengan mengikuti cara-cara yang terdapat dalam hadits-hadits (dapat menyembuhkan kelainan di atas), yaitu kedua telapak tangan menghadap kiblat sedangkan kedua siku akan menyamping sedikit, tidak berada di depan (dada). Ketika seseorang mengangkat kedua tangannya maka kedua bahunya harus rata, sedang posisi seperti ini membuat dua tulang belikat yang ada di punggung akan kembali ke asalnya semula, sama rata dengan kondisi punggung yang tegak. Posisi tersebut, dapat mencegah kelainan perputaran dua bahu dan punggung. Sedangkan, pengulangan secara rutin posisi tersebut (bahu rata) dengan cara rajin menjaga shalat dapat menyembuhkan kelainan-kelainan yang terjadi.
Ditambah lagi, posisi mengangkat kedua tangan dan meluruskan kembali punggung dapat melebarkan dada sehingga kemampuan diafragma (sirkulasi paru-paru) akan bertambah besar. Dengan begitu, kadar produksi hemoglobin darah akan semakin banyak sehingga akan semakin menambah pula suplai darah pembawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh. Adanya penambahan itu sama juga menambah kemampuan tubuh dalam menyingkirkan bahan sisa metabolism dari sel-sel. Pada akhirnya dapat meminimalisir munculnya kelelahan pada system otot, di samping dapat mengurangi stress karena besarnya stamina tubuh yang ada. Adapun hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah, “Jika ingin melakukan shalat, beliau akan mengangkat kedua tangannya lebar-lebar.”
Maksud hadits ini, ketika Rasulullah saw, mengangkat kedua tangannya beliau akan melebarkan jari-jemari tangannya juga sehingga telapak tangan akan terbuka lebar. Sikap membuka lebar telapak tangan adalah upaya melemaskan jari-jemari meski hanya sebentar. Akan tetapi, pelemasan jari-jemari itu sangat bermanfaat bagi system otot dan ligament jari. Karena, kuatnya ligament jari-jemari tangan akan sangat berguna dalam menyuplai kekuatan yang dibutuhkan jari ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini tidak jauh bedanya dengan system otot lainnya yang ada pada bagian tubuh yang lain. Kemudian, adanya latihan pelemasan jari-jemari yang dilakukan secara rutin, tiga kali dalam setiap rakaat dikalikan tujuh belas rakaat dalam sehari semalam akan membantu kelancaran peredaran darah di sekitar jemari tangan.
Berikutnya, mengangkat kedua siku ketika takbir, sebanyak tiga kali pada setiap rakaat, dikalikan tujuh belas rakaat dalam sehari semalam, ditambah lagi dengan shalat sunnah lainnya adalah salah satu upaya pelatihan otot siku. Otot siku sangat berperan besar, meski hanya terlihat ringan saja, dalam menjaga keseimbangan bobot berat kedua siku setiap kali diangkat atau diturunkan. Adanya pelatihan ringan untuk system otot siku dapat membantunya agar tidak terlalu terpengaruh dengan bobot yang ditimbulkan dari berat kedua siku itu sendiri. Dengan begitu, gerkan mengangkat kedua siku ketika shalat adalah upaya pelatihan untuk melindungi dan menyiapkan otot siku untuk mampu memikul beban yang lebih berat lagi, di samping dapat menjaga keseimbangannya ketika harus menahan bobot yang lebih besar ketika sujud.
Pertanyaan pertama, apa yang akan terjadi jika mengangkat kedua tangan itu lebih kea rah belakang bahu?
Jika seseorang mengangkat kedua tangannya pada waktu shalat lebih ke belakang (terlalu berlebihan) maka hanya akan semakin menambah tekanan pada tulang belikat dan punggung akan semakin menonjol ke depan. Dengan begitu, lengkungan tulang rawan (belakang perut) akan bertambah besar, selanjutnya keadaan ini akan menyebabkan terjadinya flesi (tarikan) pada saraf nutrisi yang ada di daerah belakang kaki dan menekan ujung-ujung saraf tersebut. Kemudian, penekanan pada saraf nutrisi kaki tersebut dapat menyebabkan munculnya ras pegal linu. Disamping, penekanan tersebut akan semakin menekan persendian tulang rawan kea rah belakang sebagai reaksi alami dari bertambahnya lengkungan pada tulang rawan. Selanjutnya, kondisi seperti itu dapat menyebabkan persendian tulang rawan terluka, penyakit ini biasa disebut dengan kegagalan tulang rawan (rematik).
Pertanyaan kedua, apa yang akan terjadi bila seseorang tidak terlalu tinggi mengangkat kedua tangannya sehingga kedua bahu menjadi tidak rata?
Jika seseorang tidak terlalu mengangkat kedua tangannya sehingga kedua bahunya menjadi tidak rata maka gerakannya itu tidak dapat menyembuhkan kelainan yang dialami oleh punggung dan kedua bahu. Juga, tidak akan dapat mengembalikan dua tulang belikat ke posisi normalnya. Gerakannya juga tidak akan menyebabkan dada dapat melebar sebagai upaya untuk menambah kemampuan diafragma (sirkulasi paru-paru). Dari sini, terlihat jelas dari hikmah mengangkat kedua siku hingga kedua bahu menjadi rata. Juga, cara ideal mengangkat kedua tangan ketika shalat itu semakin membuktikan betapa cermat dan telitinya gerakan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, kepada kita sejak empat belas abab yang lalu, sebelum para ilmuwan menemukan kelainan-kelainan. Postur tubuh yang ideal, dan sarana-sarana penyembuhan alami. Akhirnya, kita hanya dapat berkata Mahasuci Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan segala sesuatu itu ada hikmahnya.
Akan tetapi, ada pertanyaan lainnya yang muncul, jika mengangkat kedua siku hingga kedua bahu menjadi rata itu memiliki banyak manfaat, kenapa gerakan tersebut tidak dilakukan juga pada awal rakaat kedua dan keempat seperti yang dilakukan pada rakaat pertama dan setiap bangun dari dua rakaat?
Mungkin, bila kita ingin teliti bahwa mengangkat kedua tangan pada setiap rakaat (bilangan) ganjil dan tidak dilakukan pada rakaat genap adalah hikmah lainnya dari Allah yang terkandung dalam gerakan shalat agar semua rakaat tidak sama persis. Dengan kata lain, perbedaan mengangkat tangan (mengangkat tangan dan tidak diangkat) dapat mengingatkan pelaksana shalat akan bilangan rakaat yang sedang dilakukannya. Karena, mengangkat tangan sendiri butuh konsentrasi khusus setiap kali akan memulai rakaat sehingga pelaksana shalat akan mengetahui dengan sendirinya rakaat berapa yang sedang dilakukannya. Dengan begitu, pelaksana shalat akan memutuskan untuk mengangkat kedua tangannya ataukah tidak, sesaat sebelum berdiri dari sujud ataupun ketika bangun dari tasyahhud. Keadaan ini akan memudahkan pelaksana shalat untuk mengetahui jumlah bilangan rakaat yang telah dilakukannya. Dengan kata lain, perbedaan mengangkat kedua tangan adalah salah satu gerakan yang dapat mengingatkan pelaksana shalat tentang jumlah bilangan rakaat yang telah dilakukannya.
Akan tetapi, jika pelaksana shalat itu baru mengikuti imam pada rakaat kedua, apakah dia tetap harus mengangkat kedua tangannya pada bilangan rakaat ganjil yang pada waktu bersamaan menjadi bilangan rakaat genap untuk imam?
Seorang pelaksana shalat harus selalu mengikuti imam dalam setiap gerakan di rakaat kedua. Namun, ia tetap boleh mengangkat kedua tangannya hanya pada saat mengucapkan takbiratul ihram, karena hal tersebut termasuk hal sunnah ketika seseorang akan memulai shalat. Setelah itu, ia harus mengikuti apa yang dilakukan imam meski imam memasuki rakaat ketiga dan pada waktu yang bersamaan rakaat itu menjadi rakaat kedua baginya (makmum yang terlambat). Penyatuan gerakan dengan imam menjadikan si makmum dapat melakukan gerakan (mengangkat tangan) yang telah ditinggal olehnya (pada rakaat pertama) dan sekaligus dapat mengingatkan makmum tentang jumlah bilangan rakaat yang telah dilakukannya, lalu melengkapi rakaat yang kurang. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya; “Bila kalian dapat mengikuti imam (tidak ketinggalan) maka ikutlah bersamanya, tetapi jika kalian tertinggal (rakaat) maka lengkapilah yang kurang itu (bilangan rakaat).” Dengan begitu, seorang makmum akan dapat mengetahui jumlah bilangan rakaat yang tertinggal dari gerakan imam sehingga bisa melengkapi sisanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar