Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Mengangkat Kedua Tangan
Ketika mengangkat kedua
tangan, hendaknya seorang muslim meratakan kedua telapan tangannya dan
mengarahkan telapai tangan dalam menghadap kiblat, sedangkan kedua ibu jarinya
rata dengan daun telinga. Adapun jari-jemari tangan berada di atas daun
telinga, barulah setelah itu ia mengucapkan takbir untuk meulai shalat.
Dari cara mengangkat tangan seperti di atas, terlintas
dalam benak kita beberapa pertanyaan, mengapa haru seperti itu cara mengangkat
kedua tangan? Mengapa pula ke dua telapak tangan harus rata?
Jawabannya, biasanya
seseorang dalam kehidupan sehari-hari sangat mungkin mengalami kebungkukan di
daerah punggung, berputarnya dua bahu, atau punggung lebih condong ke belakang.
Kelainan-kelainan ini banyak dialami oleh banyak orang yang sering melakukan
pekerjaan kantor. Karena, pekerjaan kantor menuntut seseorang untuk selalu
membungkuk kearah meja dalam waktu yang relative lama. Juga, kelainan ini
banyak diderita oleh orang-orang yang bekerja di percetakan dan para manula.
Efek dari kelainan-kelainan ini dapat mengurangi kemampuan sirkulasi paru-paru,
yaitu mengecilnya volume muatan udara dalam tarikan dan embusan udara dari
batas normal. Adapun batas normal kadar oksigen itu hanya seperlima dari total
kandungan udara dalam tubuh.
Kemudian, terjadi hubungan
langsung antara kemampuan sirkulasi paru-paru dengan kadar oksigen yang ada
dalam tubuh. Maksudnya, semakin berkurangnya kemampuan sirkulasi paru-paru
(diafragma) maka akan semakin mengurani kadar oksigen yang terdapat dalam
paru-paru. Efek pengurangan system pernapasan akan dapat mengurangi produksi hemoglobin
darah yang berarti akan mengurangi juga kadar darah penyuplai oksigen dan
nutrisi ke sel-sel dalam tubuh, maka akhirnya akan mengurangi proses pengolahan
nutrisi dalam sel tubuh karena minimnya oksigen yang diterima. Bila demikian,
kadar darah yang mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolism tubuh dan diangkut kembali ke
jantung dan paru-paru itu akan berkurang. Sedangkan proses terakhir (peredaran
darah dari jantung ke paru-paru) adalah upaa melepaskan darah dari sisa
metabolism berupa karbondioksida melalui organ paru-paru. Akhirnya, kemampuan
proses pelepasan zat-zat sisa metabolism dari sel-sel tubuh akan berkurang
sehingga menyebabkan system otot akan cepat merasa lelah akibat bertumpuknya
zat sisa metabolism (pembakaran).
Pengaruh kelainan penyempitan
diafragma (sirkulasi paru-paru) itu tidak hanya sebatas pada sel-sel otot saja,
tetapi dapat menyebar pula pada sel-sel otak karena berkurangnya suplai darah
pembawa oksigen dan nutrisi ke sel otak. Kondisi ini akan mengurangi kemampuan
penguraian zat-zat sisa metabolism pada sel otak sehingga dapat menyebabkan
munculnya stress. Gerakan mengangkat tangan ketika shalat dengan mengikuti
cara-cara yang terdapat dalam hadits-hadits (dapat menyembuhkan kelainan di
atas), yaitu kedua telapak tangan menghadap kiblat sedangkan kedua siku akan
menyamping sedikit, tidak berada di depan (dada). Ketika seseorang mengangkat
kedua tangannya maka kedua bahunya harus rata, sedang posisi seperti ini
membuat dua tulang belikat yang ada di punggung akan kembali ke asalnya semula,
sama rata dengan kondisi punggung yang tegak. Posisi tersebut, dapat mencegah
kelainan perputaran dua bahu dan punggung. Sedangkan, pengulangan secara rutin
posisi tersebut (bahu rata) dengan cara rajin menjaga shalat dapat menyembuhkan
kelainan-kelainan yang terjadi.
Ditambah lagi, posisi
mengangkat kedua tangan dan meluruskan kembali punggung dapat melebarkan dada
sehingga kemampuan diafragma (sirkulasi paru-paru) akan bertambah besar. Dengan
begitu, kadar produksi hemoglobin darah akan semakin banyak sehingga akan
semakin menambah pula suplai darah pembawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel
tubuh. Adanya penambahan itu sama juga menambah kemampuan tubuh dalam
menyingkirkan bahan sisa metabolism dari sel-sel. Pada akhirnya dapat
meminimalisir munculnya kelelahan pada system otot, di samping dapat mengurangi
stress karena besarnya stamina tubuh yang ada. Adapun hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah, “Jika ingin melakukan shalat, beliau akan
mengangkat kedua tangannya lebar-lebar.”
Maksud hadits ini, ketika
Rasulullah saw, mengangkat kedua tangannya beliau akan melebarkan jari-jemari
tangannya juga sehingga telapak tangan akan terbuka lebar. Sikap membuka lebar
telapak tangan adalah upaya melemaskan jari-jemari meski hanya sebentar. Akan
tetapi, pelemasan jari-jemari itu sangat bermanfaat bagi system otot dan
ligament jari. Karena, kuatnya ligament jari-jemari tangan akan sangat berguna
dalam menyuplai kekuatan yang dibutuhkan jari ketika melakukan aktivitas
sehari-hari. Hal ini tidak jauh bedanya dengan system otot lainnya yang ada
pada bagian tubuh yang lain. Kemudian, adanya latihan pelemasan jari-jemari
yang dilakukan secara rutin, tiga kali dalam setiap rakaat dikalikan tujuh
belas rakaat dalam sehari semalam akan membantu kelancaran peredaran darah di
sekitar jemari tangan.
Berikutnya, mengangkat
kedua siku ketika takbir, sebanyak tiga kali pada setiap rakaat, dikalikan
tujuh belas rakaat dalam sehari semalam, ditambah lagi dengan shalat sunnah
lainnya adalah salah satu upaya pelatihan otot siku. Otot siku sangat berperan
besar, meski hanya terlihat ringan saja, dalam menjaga keseimbangan bobot berat
kedua siku setiap kali diangkat atau diturunkan. Adanya pelatihan ringan untuk
system otot siku dapat membantunya agar tidak terlalu terpengaruh dengan bobot
yang ditimbulkan dari berat kedua siku itu sendiri. Dengan begitu, gerkan
mengangkat kedua siku ketika shalat adalah upaya pelatihan untuk melindungi dan
menyiapkan otot siku untuk mampu memikul beban yang lebih berat lagi, di
samping dapat menjaga keseimbangannya ketika harus menahan bobot yang lebih
besar ketika sujud.
Pertanyaan pertama, apa yang akan
terjadi jika mengangkat kedua tangan itu lebih kea rah belakang bahu?
Jika seseorang mengangkat
kedua tangannya pada waktu shalat lebih ke belakang (terlalu berlebihan) maka
hanya akan semakin menambah tekanan pada tulang belikat dan punggung akan
semakin menonjol ke depan. Dengan begitu, lengkungan tulang rawan (belakang
perut) akan bertambah besar, selanjutnya keadaan ini akan menyebabkan
terjadinya flesi (tarikan) pada saraf nutrisi yang ada di daerah belakang kaki
dan menekan ujung-ujung saraf tersebut. Kemudian, penekanan pada saraf nutrisi
kaki tersebut dapat menyebabkan munculnya ras pegal linu. Disamping, penekanan tersebut
akan semakin menekan persendian tulang rawan kea rah belakang sebagai reaksi
alami dari bertambahnya lengkungan pada tulang rawan. Selanjutnya, kondisi
seperti itu dapat menyebabkan persendian tulang rawan terluka, penyakit ini
biasa disebut dengan kegagalan tulang rawan (rematik).
Pertanyaan kedua, apa yang akan
terjadi bila seseorang tidak terlalu tinggi mengangkat kedua tangannya sehingga
kedua bahu menjadi tidak rata?
Jika seseorang tidak
terlalu mengangkat kedua tangannya sehingga kedua bahunya menjadi tidak rata
maka gerakannya itu tidak dapat menyembuhkan kelainan yang dialami oleh
punggung dan kedua bahu. Juga, tidak akan dapat mengembalikan dua tulang
belikat ke posisi normalnya. Gerakannya juga tidak akan menyebabkan dada dapat
melebar sebagai upaya untuk menambah kemampuan diafragma (sirkulasi paru-paru).
Dari sini, terlihat jelas dari hikmah mengangkat kedua siku hingga kedua bahu
menjadi rata. Juga, cara ideal mengangkat kedua tangan ketika shalat itu
semakin membuktikan betapa cermat dan telitinya gerakan yang diajarkan oleh
Rasulullah saw, kepada kita sejak empat belas abab yang lalu, sebelum para
ilmuwan menemukan kelainan-kelainan. Postur tubuh yang ideal, dan sarana-sarana
penyembuhan alami. Akhirnya, kita hanya dapat berkata Mahasuci Allah Yang
Mahakuasa yang telah memberikan segala sesuatu itu ada hikmahnya.
Akan tetapi, ada pertanyaan lainnya yang muncul, jika
mengangkat kedua siku hingga kedua bahu menjadi rata itu memiliki banyak
manfaat, kenapa gerakan tersebut tidak dilakukan juga pada awal rakaat kedua
dan keempat seperti yang dilakukan pada rakaat pertama dan setiap bangun dari
dua rakaat?
Mungkin, bila kita ingin
teliti bahwa mengangkat kedua tangan pada setiap rakaat (bilangan) ganjil dan
tidak dilakukan pada rakaat genap adalah hikmah lainnya dari Allah yang
terkandung dalam gerakan shalat agar semua rakaat tidak sama persis. Dengan
kata lain, perbedaan mengangkat tangan (mengangkat tangan dan tidak diangkat)
dapat mengingatkan pelaksana shalat akan bilangan rakaat yang sedang
dilakukannya. Karena, mengangkat tangan sendiri butuh konsentrasi khusus setiap
kali akan memulai rakaat sehingga pelaksana shalat akan mengetahui dengan
sendirinya rakaat berapa yang sedang dilakukannya. Dengan begitu, pelaksana
shalat akan memutuskan untuk mengangkat kedua tangannya ataukah tidak, sesaat
sebelum berdiri dari sujud ataupun ketika bangun dari tasyahhud. Keadaan ini
akan memudahkan pelaksana shalat untuk mengetahui jumlah bilangan rakaat yang
telah dilakukannya. Dengan kata lain, perbedaan mengangkat kedua tangan adalah
salah satu gerakan yang dapat mengingatkan pelaksana shalat tentang jumlah
bilangan rakaat yang telah dilakukannya.
Akan tetapi, jika pelaksana shalat itu baru mengikuti
imam pada rakaat kedua, apakah dia tetap harus mengangkat kedua tangannya pada
bilangan rakaat ganjil yang pada waktu bersamaan menjadi bilangan rakaat genap
untuk imam?
Seorang pelaksana shalat
harus selalu mengikuti imam dalam setiap gerakan di rakaat kedua. Namun, ia
tetap boleh mengangkat kedua tangannya hanya pada saat mengucapkan takbiratul
ihram, karena hal tersebut termasuk hal sunnah ketika seseorang akan memulai
shalat. Setelah itu, ia harus mengikuti apa yang dilakukan imam meski imam
memasuki rakaat ketiga dan pada waktu yang bersamaan rakaat itu menjadi rakaat
kedua baginya (makmum yang terlambat). Penyatuan gerakan dengan imam menjadikan
si makmum dapat melakukan gerakan (mengangkat tangan) yang telah ditinggal
olehnya (pada rakaat pertama) dan sekaligus dapat mengingatkan makmum tentang
jumlah bilangan rakaat yang telah dilakukannya, lalu melengkapi rakaat yang
kurang. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya; “Bila kalian dapat
mengikuti imam (tidak ketinggalan) maka ikutlah bersamanya, tetapi jika kalian
tertinggal (rakaat) maka lengkapilah yang kurang itu (bilangan rakaat).” Dengan
begitu, seorang makmum akan dapat mengetahui jumlah bilangan rakaat yang
tertinggal dari gerakan imam sehingga bisa melengkapi sisanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar