Keutamaan Sujud
Posisi sujud
merupakan salah satu rukun penting dalam shalat yang telah diperintahkan Allah
SWT kepad kita semua. Allah juga telah menganjurkan kita untuk selalu senang
bersujud. Hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abi Marrah ath-Thaaifiy r.a,
mendengar Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Allah berfirman, Anak (keturunan) Adam, lakukanlah shalat empat rakaat
di awal siang (zhuhur) niscaya aku akan menjaganya hingga akhir siang.”
Ibadah shalat sendiri adalah ritual
pertama dari ajaran agama yang Allah wajibkan kepada umat manusia sekalian dan
ia juga menjadi ibadah pertama yang akan dihisap (dipertanyakan) oleh Allah
kepada seorang hamba. Jika ibadah shalatnya baik (rutin dilakukan) ma ia akan
beruntung, namun jika buruk (melalaikannya) maka ia akan rugi dan sengsara.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia
mendengar Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Amal yang pertama kali akan dihisap dari seorang hamba pada harai
Kiamat nanti adalah ibadah shalatnya. Jika (shalatnya) baik maka ia akan
beruntung dan selamat, namun jika buruk (shalatnya) maka ia akan rugi dan
sengsara. Jika shalat fardhunya mengalami kekurangan , Allah akan
bertanya, ‘Coba lihat (periksa) dulu
apakah hamba-Ku itu mengerjakan shalat sunnah!, Jika ada, maka shalat sunnah
hamba itu dapat menambal kekurangan dari shalat fardhu yang dikerjakannya.
Begitu pula seluruh amalnya yang lain.”
Allah SWT mengancam dengan neraka Wail
untuk orang-orang yang melalaikan shalatnya, seraya berfirman, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat
riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (al-Maa’uun: 4-7)
Sebagaimana Allah telah memerintahkan
kepada hambaNya untuk shalat dan memerintahkan mereka untuk selalu senang
melakukannya, serta mengancam siapa saja yang melalaikan shalat. Allah juga
telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu sujud dan senang untuk
bersujud. Seperti firman Allah yang berbunyi, “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada
sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada
bagian yang panjang dimalam hari.” (al-Insaan:
25-26)
Firman lainnya lagi, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah
orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka
menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak
menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menafkahkan apa-apa rezeki yang Kami berikan.” (as-Sajdah: 15-16)
Dalam kesempatan lainnya, Allah
menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk senang sujud dalam waktu yang lama, seraya
berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang
Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah
hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud
dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (al-Furqaan:
63-64)
Dari ayat terakhir, kita dapat lihat bahwa
kata “sujud” lebih dahulu disebut daripada kata “berdiri”, meskipun urutan
geraknya dalam shalat itu posisi berdiri lebih dahulu dilakukan dibandingkan posisi
sujud. Namun, Allah lebih mendahulukan kata “sujud” dalam firman-Nya, maka hal
ini menunjukkan keutamaan dan seruan untuk lebih memperbanyak sujud.
Pendahuluan dalam penyebutan (kata sujud) juga bisa dijadikan tanda bahwa
orang-orang yang selalu melalui malamnya dengan bersujud adalah para ‘ibaadur
Rahmaan (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang). Sujud yang dilakukan oleh para
‘ibaadur Rahman adalah salah satu bentuk ibadah yang mereka lakukan kepada
Allah SWT dan juga usaha pendekatan diri mereka kepada-Nya. Adapun kata
“melalui malam hari” yang terdapat dalam ayat terakhir menunjukkan anjuran
untuk memperbanyak sujud, di samping juga menunjukkan lamanya waktu yang
dihabiskan ketika bersujud. Perintah bersujud juga banyak terdapat dalam
ayat-ayat Al-Qur’an dan digandeng dengan perintah ruku. Seperti firman-Nya yang
baerbunyi, “rukulah kamu! Sujudlah kamu!”
(al-Hajj: 77) Ayat ini menunjukkan
betapa tingginya kedudukan sujud dalam ibadah shalat diikuti pula dengan
kedudukan ruku. Keduanya (ruku dan sujud) adalah termasuk rukun shalat yang
dapat membatalkan shalatnya seseorang jika lupa dilakukan. Kedudukan sujud juga
dapat dilihat dalam hadits-hadits Rasulullah saw, seperti hadits yang
diriwayatkan dari Ma’dan bin Abi Thalhah al-Ya’muri, ia berkata, “aku pernah
bertemu budak Rasulullah saw, Tsaubaan. Lalu aku berkata kepadanya, “Beri tahu
aku tentang sebuah amal perbuatan yang dapat membeuatku masuk surga! Atau,
‘Katakanlah amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah! Tetapi ia hanya
terdiam. Kemudian, aku bertanya kepadanya lagi, tetapi Tsaubaan tetap terdiam.
Berikutnya aku bertanya untuk kali ketiga dan langsung dijawab olehnya,
‘Perbanyaklah sujud kepada Allah! Karena, jika kamu sujud kepada Allah walau
sekali saja, niscaya Allah akan menaikkan satu derajatmu dan menghapus satu
kesalahanmu.” Ma’dan lanjut berkata, “ Kemudian aku bertemu Abu Darda dan
menanyakan hal yang sama kepadanya, lalu Abu Darda mengatkan hal yang sama juga
seperti yang dikatakan Tsaubaan tadi.”
Diriwayatkan dari Rabii’ah bin Ka’abal-Aslami,
ia berkata, “Suatu ketika aku pernah menginap bersama Rasulullah saw, lalu aku
membawakan air untuk beliau berwudhu dan kebutuhan lainnya. Kemudian, pada sat
itu, Rasulullah saw berkata kepadaku, “Pintalah sesuatu!” Aku lantas berkata, “aku
hanya ingin mendampingi Anda di surge nanti.” Lantas beliau berkata, “Apakah
ada yang lainnya?, “ Tidak, itu saja.” Tukasku. Lalu beliau lanjut berkata, “Kalau
begitu, perbanyaklah sujud.” Sujud merupakan jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, sebagaimana yang disinggung oleh beberapa hadits Rasulullah
saw. Diantaranya, hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw,
pernah bersabda, “Saat-saat yang paling
dekat bagi seseorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka
perbanyaklah doa (pada waktu sujud).”
Diantara keutamaan dan tingginya kedudukan
sujud di sisi Allah adalah api neraka dilarang oleh Allah untuk menyentuh
orang-orang yang memiliki bekas sujud pada hari Kiamat nanti. Sebagaimana yang
terdapat dalam hadits Sa’id bin al-Musayyib dan Atha bin Yazid al-Litsi, Abu Hurairah
pernah bercerita kepada mereka berdua, “Suatu ketika, orang-orang bertanya
kepada Rasulullah, Rasulullah, apakah kita akan melihat allah pada hari Kiamat
nanti?” Lalu dijawab, “Apakah kalian ragu
akan (terangnya cahaya) bulan pada saat pernama yang tanpa dihalangi oleh
sebuah awan pun?’ Para sahabat
bertanya, ‘Tidak ragu sedikitpun.’ Rasulullah kembali bertanya, ‘Apakah kalian ragu akan (terangnya
cahaya)matahari pada saat tidak ada awan walaupun satu? ‘Seperti itulah
kira-kira, kalian akan melihat Allah pada hari Kiamat. Semua umat manusia
tengah dikumpulkan. Lalu Allah berfirman, ‘Siapa yang menyembah susuatu maka
ikutilah sesembahannya!’ Maka diantara
mereka ada yang mengikuti matahari, bulan, ataupun pemimpin-pemimpin zalim dan
tinggallah umat ini’. Diantara umatku itu, ada orang-orang munafiknya juga,
lalu Allah menghampiri mereka seraya berfirman, ‘Aku adalah Tuhan kalian,
tetapi mereka malah berkata, ‘Kami akan tetap disini sampai Tuhan kami dating dan
jika Tuhan kami dating, kami akan mengenalinya.” Lantas Allah kembali
menghampiri mereka seraya berfirman, ‘Aku adalah Tuhan kalian.’ Lalu mereka
baru berkata, ‘Betul, kamu adalah Tuhan kami.” Kemudian, Allah memanggil
(menghisap) mereka. Selanjutnya, Allah membentangkan jalan di antara dua tebing
jahanam dan aku (Rasulullah) menjadi Rasul pertama beserta umatnya yang
dibolehkan melalu jalan tersebut. Pada hari itu, tidak ada seorangpun yang
berbicara kecuali para Rasul, sedangkan ucapan para Rasul pada hari itu
hanyalah, “Ya Allah, selamatkanlah aku! Selamatkanlah aku!” Sedangkan di neraka
jahannam itu ada buah bentuknya seperti duri sa’dan (monyet). ‘Apakah kalian
pernah melihat duri monyet? ‘Para sahabat menjawab, ‘Pernah’. Rasulullah saw,
lanjut bercerita, ‘Buah di neraka Jahannam itu bentuknya seperti duri sa’dan
hanya saja ukurannya hanya Allah yang tahu. Buah itu menarik manusia karena
perbuatan mereka sendiri. Diantara mereka ada yang terjatuh karena sedikitnya
amal perbuatan baik yang dimiliki da nada pula yang tertatih-tatih dulu lalu
bisa selamat. Kemudian, jika Allah menghendaki untuk melimpahkan rahmat kepada
siapa yang diinginkan dari penduduk neraka maka Allah akan memerintahkan kepada
malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang pernah menyembah (sujud) Allah. Lantas,
para malaikat mengeluarkan orang-orang yang dimaksud dan mengenali mereka dari
bekas-bekas sujud (yang ada di kening mereka). Allah juga mengharamkan kepada
api neraka untuk membakar bekas-bekas sujud. Jadi, seluruh tubuh manusia
(keturunan Adam) akan dilahap oleh api neraka kecuali (kening) bekas sujudnya
saja. Selanjutnya, orang-orang tersebut dapat keluar dari api neraka
dengantubuh berwarna sangat hitam, lalu mereka disiram air kehidupan sehingga
mereka dapat tumbuh segar kembali seperti biji yang tumbuh setelah dialiri air.
Lalu, Allah memutuskan semua nasih umat manusia yang tersisa pada saat itu dan
hanya tinggal satu orang saja, ia sedang berada di antara surge dan neraka, dan
lelaki itu menjadi penduduk neraka terakhir yang masuk surge. Lelaki itu,
memanjatkan doa sambil menghadapkan wajahnya kea rah neraka, “Tuhanku, jauhkan
wajahku dari api neraka, karena anginnya saja menyebabkan kulitku terkelupas
dan cahayanya dapat membakarku.”
Kemudian,
Allah bertanya kepada lelaki itu, ‘Jika apa yang kamu inginkan itu dapat terpenuhi
maka kamu tidak akan meminta hal lainnya lagi?’ lalu lelaki itu menjawab, “Tidak
akan,” maka Allah segera memberikan apa yang dia inginkan dari perjanjiannya
itu. Lelaki itu pun dapat selamat dari jilatan api neraka. Lantas, ketika
lelaki itu melihat surge dengan segala keindahannya, ia terdiam seribu bahasa,
seraya berkata, “Tuhanku, dekatkanlah aku dengan pintu surge itu!. Kemudian,
Allah segera menimpalinya, ‘Bukankah kamu telah berjanji untuk tidak meminta
hal lain lagi selain yang kamu minta tadi?’
Lelaki itu menjawab, “Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku sebagai
hamba yang paling merugi!’ Allah kembali
bertanya kepada lelaki itu, ‘Apakah jika Aku memberikan apa yang kamu inginkan
itu, kamu tidak akan meminta hal yang lainnya lagi?’ lelaki itu dengan tandas
menjawab, “Tidak. Aku tidak akan meminta hal lainnya lagi.” Maka Allah segera
memberikan apa yang lelaki itu inginkan sesuai janjinya, lalu Allah mendekatkan
lelaki itu dengan pintu surge. Kemudian, tatkala lelaki itu sudah dekat dengan
pintu surge dan melihat keindahannya, berupa kebahagiaan dan kesenangan, lelaki
itu hanya bisa terdiam seribu bahasa lagi, seraya berdoa, “Tuhanku, masukkanlah
aku ke dalam surge!” Lantas Allah menimpali orang itu, ‘Celaka kamu! Bukankah
kamu telah berjanji untuk tidak meminta selain apa yang kamu minta sebelumnya?’
Akan tetapi lelaki itu tetap bersikeras seraya berdoa, ‘Tuhanku, jangan jadikan
aku sebagai hamba-Mu yang paling sengsara!’ Seketika itu pula Allah SWT
tertawa, lalu mengizinkan lelaki itu masuk surge, seraya berfirman, ‘Berangan-anganlah!’
maka lelaki itu berangan-angan (berkhayal) hingga khayalannya telah habis. Kemudian
Allah berfirman lagi, ‘Kamu akan mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu,
begitu juga orang-orang yang sepertinya.”
Abu Sa’id al-Khudri pernah berkata kepada
Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda, (tentang hadits yang
sama tetapi berbeda kata-kata penutupnya saja) “Allah berfirman, ‘Kamu
mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu, begitu juga sepuluh orang sepertimu.”
Tetapi Abu Hurairah berkomentar, kalimat yang aku hafal dari Rasulullah saw,
hanyalah, ‘Kamu mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu, begitu juga
orang-orang yang sepertinya.”
Adapun teks hadits yang berbunyi, “Allah mengharamkan api neraka untuk
membakar bekas-bekas sujud.” Terjadi perbedaan pendapat mengenai maksud
dari kata “bekas-bekas sujud”. Ada ulama yang mengatakan maksud bekas sujud itu adalah tujuh anggota sujud yang
disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas yang berbunyi, “ Nabi saw, memerintahkan
umatnya untuk bersujud dengan tujuh anggota tubuh. Tidak boleh dihalangi rampun
ataupun kain. (tujuh anggota sujud itu adalah) kening, kedua tetapak tangan, kedua
lutut, dan kedua kaki.”
Dalam riwayat lain berbunyi, Nabi saw
bersabda, “Aku diperintahkan untuk sujud
dengan tujuh tulang tubuh; kening –seraya menunjuk dengan tangannya sampai kea
rah hidung –dua tangan, dua lutut, dan ujung dua kaki.”
Dalam riwayat lainnya lagi,
“Aku
diperintahkan untuk sujud dengan tujuh tulang tubuh dan tidak boleh dihalangi
rambut ataupun baju. Tujuh tulang itu adalah kening dan hidung, dua telapak
tangan, dua lutut, dan dua kaki.”
Itulah maksud umum dari “bekas sujud”. Adapun
Iyaadh berpendapat bahwa maksud dari, “Allah mengharamkan api neraka untuk
membakar bekas-bekas sujud” adalah kening secara khusus. Pendapatnya ini
dikuatkan pula dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dengan teks
hadits yang agak berbeda, “ada sekelompok orang keluar dari api neraka, dimana
tubuh mereka hangus terbakar kecuali daerah sekitar muka mereka saja.”
Jelaslah dari pemaparan di atas, bagaimana
tingginya kedudukan sujud dalam ibadah shalat serta keutamaannya di sisi Allah.
Karena itu pula, sujud memiliki kedudukan di sisi Allah higga mencapai
kedudukan shalat itu sendiri. Dengan begitu, sujud adalah rukun terpenting shalat
dan shalat tidak akan dianggap sah bila tanpa adanya sujud. Sebab, sujud
menjadi salah satu rukun penting shalat sebagaimana halnya nyawa manusia bila
tanpa adanya kepala ataupun jantung. Di samping juga, tingginya kedudukan sujud
itu sendiri di sisi Allah, dimana setiap sujud yang dilakukan oleh seorang
hamba akan dapat mengangkat satu derajatnya dan satu kesalahannya akan dihapus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar