Rabu, 02 Juli 2014

Keutamaan Sujud

Keutamaan Sujud

Posisi  sujud merupakan salah satu rukun penting dalam shalat yang telah diperintahkan Allah SWT kepad kita semua. Allah juga telah menganjurkan kita untuk selalu senang bersujud. Hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abi Marrah ath-Thaaifiy r.a, mendengar Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Allah berfirman, Anak (keturunan) Adam, lakukanlah shalat empat rakaat di awal siang (zhuhur) niscaya aku akan menjaganya hingga akhir siang.”
Ibadah shalat sendiri adalah ritual pertama dari ajaran agama yang Allah wajibkan kepada umat manusia sekalian dan ia juga menjadi ibadah pertama yang akan dihisap (dipertanyakan) oleh Allah kepada seorang hamba. Jika ibadah shalatnya baik (rutin dilakukan) ma ia akan beruntung, namun jika buruk (melalaikannya) maka ia akan rugi dan sengsara. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia mendengar Rasulullah saw, bersabda, yang artinya; “Amal yang pertama kali akan dihisap dari seorang hamba pada harai Kiamat nanti adalah ibadah shalatnya. Jika (shalatnya) baik maka ia akan beruntung dan selamat, namun jika buruk (shalatnya) maka ia akan rugi dan sengsara. Jika shalat fardhunya mengalami kekurangan , Allah akan bertanya,  ‘Coba lihat (periksa) dulu apakah hamba-Ku itu mengerjakan shalat sunnah!, Jika ada, maka shalat sunnah hamba itu dapat menambal kekurangan dari shalat fardhu yang dikerjakannya. Begitu pula seluruh amalnya yang lain.”
Allah SWT mengancam dengan neraka Wail untuk orang-orang yang melalaikan shalatnya, seraya berfirman, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (al-Maa’uun: 4-7)
Sebagaimana Allah telah memerintahkan kepada hambaNya untuk shalat dan memerintahkan mereka untuk selalu senang melakukannya, serta mengancam siapa saja yang melalaikan shalat. Allah juga telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu sujud dan senang untuk bersujud. Seperti firman Allah yang berbunyi, “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (al-Insaan: 25-26)
Firman lainnya lagi, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki yang Kami berikan.” (as-Sajdah: 15-16)
Dalam kesempatan lainnya, Allah menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk senang sujud dalam waktu yang lama, seraya berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (al-Furqaan: 63-64)
Dari ayat terakhir, kita dapat lihat bahwa kata “sujud” lebih dahulu disebut daripada kata “berdiri”, meskipun urutan geraknya dalam shalat itu posisi berdiri lebih dahulu dilakukan dibandingkan posisi sujud. Namun, Allah lebih mendahulukan kata “sujud” dalam firman-Nya, maka hal ini menunjukkan keutamaan dan seruan untuk lebih memperbanyak sujud. Pendahuluan dalam penyebutan (kata sujud) juga bisa dijadikan tanda bahwa orang-orang yang selalu melalui malamnya dengan bersujud adalah para ‘ibaadur Rahmaan (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang). Sujud yang dilakukan oleh para ‘ibaadur Rahman adalah salah satu bentuk ibadah yang mereka lakukan kepada Allah SWT dan juga usaha pendekatan diri mereka kepada-Nya. Adapun kata “melalui malam hari” yang terdapat dalam ayat terakhir menunjukkan anjuran untuk memperbanyak sujud, di samping juga menunjukkan lamanya waktu yang dihabiskan ketika bersujud. Perintah bersujud juga banyak terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan digandeng dengan perintah ruku. Seperti firman-Nya yang baerbunyi, “rukulah kamu! Sujudlah kamu!” (al-Hajj: 77) Ayat ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan sujud dalam ibadah shalat diikuti pula dengan kedudukan ruku. Keduanya (ruku dan sujud) adalah termasuk rukun shalat yang dapat membatalkan shalatnya seseorang jika lupa dilakukan. Kedudukan sujud juga dapat dilihat dalam hadits-hadits Rasulullah saw, seperti hadits yang diriwayatkan dari Ma’dan bin Abi Thalhah al-Ya’muri, ia berkata, “aku pernah bertemu budak Rasulullah saw, Tsaubaan. Lalu aku berkata kepadanya, “Beri tahu aku tentang sebuah amal perbuatan yang dapat membeuatku masuk surga! Atau, ‘Katakanlah amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah! Tetapi ia hanya terdiam. Kemudian, aku bertanya kepadanya lagi, tetapi Tsaubaan tetap terdiam. Berikutnya aku bertanya untuk kali ketiga dan langsung dijawab olehnya, ‘Perbanyaklah sujud kepada Allah! Karena, jika kamu sujud kepada Allah walau sekali saja, niscaya Allah akan menaikkan satu derajatmu dan menghapus satu kesalahanmu.” Ma’dan lanjut berkata, “ Kemudian aku bertemu Abu Darda dan menanyakan hal yang sama kepadanya, lalu Abu Darda mengatkan hal yang sama juga seperti yang dikatakan Tsaubaan tadi.”
Diriwayatkan dari Rabii’ah bin Ka’abal-Aslami, ia berkata, “Suatu ketika aku pernah menginap bersama Rasulullah saw, lalu aku membawakan air untuk beliau berwudhu dan kebutuhan lainnya. Kemudian, pada sat itu, Rasulullah saw berkata kepadaku, “Pintalah sesuatu!” Aku lantas berkata, “aku hanya ingin mendampingi Anda di surge nanti.” Lantas beliau berkata, “Apakah ada yang lainnya?, “ Tidak, itu saja.” Tukasku. Lalu beliau lanjut berkata, “Kalau begitu, perbanyaklah sujud.” Sujud merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang disinggung oleh beberapa hadits Rasulullah saw. Diantaranya, hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw, pernah bersabda, “Saat-saat yang paling dekat bagi seseorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (pada waktu sujud).”
Diantara keutamaan dan tingginya kedudukan sujud di sisi Allah adalah api neraka dilarang oleh Allah untuk menyentuh orang-orang yang memiliki bekas sujud pada hari Kiamat nanti. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Sa’id bin al-Musayyib dan Atha bin Yazid al-Litsi, Abu Hurairah pernah bercerita kepada mereka berdua, “Suatu ketika, orang-orang bertanya kepada Rasulullah, Rasulullah, apakah kita akan melihat allah pada hari Kiamat nanti?” Lalu dijawab, “Apakah kalian ragu akan (terangnya cahaya) bulan pada saat pernama yang tanpa dihalangi oleh sebuah awan pun?’ Para  sahabat bertanya, ‘Tidak ragu sedikitpun.’ Rasulullah kembali bertanya, ‘Apakah kalian ragu akan (terangnya cahaya)matahari pada saat tidak ada awan walaupun satu? ‘Seperti itulah kira-kira, kalian akan melihat Allah pada hari Kiamat. Semua umat manusia tengah dikumpulkan. Lalu Allah berfirman, ‘Siapa yang menyembah susuatu maka ikutilah sesembahannya!’ Maka  diantara mereka ada yang mengikuti matahari, bulan, ataupun pemimpin-pemimpin zalim dan tinggallah umat ini’. Diantara umatku itu, ada orang-orang munafiknya juga, lalu Allah menghampiri mereka seraya berfirman, ‘Aku adalah Tuhan kalian, tetapi mereka malah berkata, ‘Kami akan tetap disini sampai Tuhan kami dating dan jika Tuhan kami dating, kami akan mengenalinya.” Lantas Allah kembali menghampiri mereka seraya berfirman, ‘Aku adalah Tuhan kalian.’ Lalu mereka baru berkata, ‘Betul, kamu adalah Tuhan kami.” Kemudian, Allah memanggil (menghisap) mereka. Selanjutnya, Allah membentangkan jalan di antara dua tebing jahanam dan aku (Rasulullah) menjadi Rasul pertama beserta umatnya yang dibolehkan melalu jalan tersebut. Pada hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara kecuali para Rasul, sedangkan ucapan para Rasul pada hari itu hanyalah, “Ya Allah, selamatkanlah aku! Selamatkanlah aku!” Sedangkan di neraka jahannam itu ada buah bentuknya seperti duri sa’dan (monyet). ‘Apakah kalian pernah melihat duri monyet? ‘Para sahabat menjawab, ‘Pernah’. Rasulullah saw, lanjut bercerita, ‘Buah di neraka Jahannam itu bentuknya seperti duri sa’dan hanya saja ukurannya hanya Allah yang tahu. Buah itu menarik manusia karena perbuatan mereka sendiri. Diantara mereka ada yang terjatuh karena sedikitnya amal perbuatan baik yang dimiliki da nada pula yang tertatih-tatih dulu lalu bisa selamat. Kemudian, jika Allah menghendaki untuk melimpahkan rahmat kepada siapa yang diinginkan dari penduduk neraka maka Allah akan memerintahkan kepada malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang pernah menyembah (sujud) Allah. Lantas, para malaikat mengeluarkan orang-orang yang dimaksud dan mengenali mereka dari bekas-bekas sujud (yang ada di kening mereka). Allah juga mengharamkan kepada api neraka untuk membakar bekas-bekas sujud. Jadi, seluruh tubuh manusia (keturunan Adam) akan dilahap oleh api neraka kecuali (kening) bekas sujudnya saja. Selanjutnya, orang-orang tersebut dapat keluar dari api neraka dengantubuh berwarna sangat hitam, lalu mereka disiram air kehidupan sehingga mereka dapat tumbuh segar kembali seperti biji yang tumbuh setelah dialiri air. Lalu, Allah memutuskan semua nasih umat manusia yang tersisa pada saat itu dan hanya tinggal satu orang saja, ia sedang berada di antara surge dan neraka, dan lelaki itu menjadi penduduk neraka terakhir yang masuk surge. Lelaki itu, memanjatkan doa sambil menghadapkan wajahnya kea rah neraka, “Tuhanku, jauhkan wajahku dari api neraka, karena anginnya saja menyebabkan kulitku terkelupas dan cahayanya dapat membakarku.”
Kemudian, Allah bertanya kepada lelaki itu, ‘Jika apa yang kamu inginkan itu dapat terpenuhi maka kamu tidak akan meminta hal lainnya lagi?’ lalu lelaki itu menjawab, “Tidak akan,” maka Allah segera memberikan apa yang dia inginkan dari perjanjiannya itu. Lelaki itu pun dapat selamat dari jilatan api neraka. Lantas, ketika lelaki itu melihat surge dengan segala keindahannya, ia terdiam seribu bahasa, seraya berkata, “Tuhanku, dekatkanlah aku dengan pintu surge itu!. Kemudian, Allah segera menimpalinya, ‘Bukankah kamu telah berjanji untuk tidak meminta hal lain lagi selain yang kamu minta tadi?’  Lelaki itu menjawab, “Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku sebagai hamba yang paling merugi!’  Allah kembali bertanya kepada lelaki itu, ‘Apakah jika Aku memberikan apa yang kamu inginkan itu, kamu tidak akan meminta hal yang lainnya lagi?’ lelaki itu dengan tandas menjawab, “Tidak. Aku tidak akan meminta hal lainnya lagi.” Maka Allah segera memberikan apa yang lelaki itu inginkan sesuai janjinya, lalu Allah mendekatkan lelaki itu dengan pintu surge. Kemudian, tatkala lelaki itu sudah dekat dengan pintu surge dan melihat keindahannya, berupa kebahagiaan dan kesenangan, lelaki itu hanya bisa terdiam seribu bahasa lagi, seraya berdoa, “Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surge!” Lantas Allah menimpali orang itu, ‘Celaka kamu! Bukankah kamu telah berjanji untuk tidak meminta selain apa yang kamu minta sebelumnya?’ Akan tetapi lelaki itu tetap bersikeras seraya berdoa, ‘Tuhanku, jangan jadikan aku sebagai hamba-Mu yang paling sengsara!’ Seketika itu pula Allah SWT tertawa, lalu mengizinkan lelaki itu masuk surge, seraya berfirman, ‘Berangan-anganlah!’ maka lelaki itu berangan-angan (berkhayal) hingga khayalannya telah habis. Kemudian Allah berfirman lagi, ‘Kamu akan mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu, begitu juga orang-orang yang sepertinya.”
Abu Sa’id al-Khudri pernah berkata kepada Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda, (tentang hadits yang sama tetapi berbeda kata-kata penutupnya saja) “Allah berfirman, ‘Kamu mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu, begitu juga sepuluh orang sepertimu.” Tetapi Abu Hurairah berkomentar, kalimat yang aku hafal dari Rasulullah saw, hanyalah, ‘Kamu mendapatkan apa yang kamu khayalkan itu, begitu juga orang-orang yang sepertinya.”
Adapun teks hadits yang berbunyi, “Allah mengharamkan api neraka untuk membakar bekas-bekas sujud.” Terjadi perbedaan pendapat mengenai maksud dari kata “bekas-bekas sujud”. Ada ulama yang mengatakan maksud bekas sujud  itu adalah tujuh anggota sujud yang disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas yang berbunyi, “ Nabi saw, memerintahkan umatnya untuk bersujud dengan tujuh anggota tubuh. Tidak boleh dihalangi rampun ataupun kain. (tujuh anggota sujud itu adalah) kening, kedua tetapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki.”
Dalam riwayat lain berbunyi, Nabi saw bersabda, “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh tulang tubuh; kening –seraya menunjuk dengan tangannya sampai kea rah hidung –dua tangan, dua lutut, dan ujung dua kaki.”
Dalam riwayat lainnya lagi,
“Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh tulang tubuh dan tidak boleh dihalangi rambut ataupun baju. Tujuh tulang itu adalah kening dan hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua kaki.”
Itulah maksud umum dari “bekas sujud”. Adapun Iyaadh berpendapat bahwa maksud dari, “Allah mengharamkan api neraka untuk membakar bekas-bekas sujud” adalah kening secara khusus. Pendapatnya ini dikuatkan pula dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dengan teks hadits yang agak berbeda, “ada sekelompok orang keluar dari api neraka, dimana tubuh mereka hangus terbakar kecuali daerah sekitar muka mereka saja.”
Jelaslah dari pemaparan di atas, bagaimana tingginya kedudukan sujud dalam ibadah shalat serta keutamaannya di sisi Allah. Karena itu pula, sujud memiliki kedudukan di sisi Allah higga mencapai kedudukan shalat itu sendiri. Dengan begitu, sujud adalah rukun terpenting shalat dan shalat tidak akan dianggap sah bila tanpa adanya sujud. Sebab, sujud menjadi salah satu rukun penting shalat sebagaimana halnya nyawa manusia bila tanpa adanya kepala ataupun jantung. Di samping juga, tingginya kedudukan sujud itu sendiri di sisi Allah, dimana setiap sujud yang dilakukan oleh seorang hamba akan dapat mengangkat satu derajatnya dan satu kesalahannya akan dihapus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar