Senin, 07 Juli 2014

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Duduk Di Antara Dua Sujud

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Duduk Di Antara Dua Sujud

Duduk di antara dua sujud merupakan puncak latihan bagi cekungan telapak kaki, karena seorang pelaksana shalat akan bertumpu di atas ruas dalam jemari kakinya dan duduk di atas dua tumitnya. Meskipun, posisi seperti ini dapat membuat sakit kedua kaki karena harus menahan bobot berat badan, mulai dari kedua  paha sampai dengan kepala. Dan ini merupakan  kerja keras yang harus dilakukan oleh system otot dan ligamentum (persendian tulang) kaki. Namun, posisi tersebut dapat menjaga cekungan telapak kaki dan mencegahnya dari kelainan flat foot (rata telapak kaki). Duduk di antara dua sujud dapat berfungsi, sebagai berikut;
Pertama, semakin bertambah kuatnya ligamentum dan system otot telapak kaki yang menjaga cekungan telapak kaki akibat gerakan menahan berat badan yang terus-menerus pada waktu duduk di antara dua sujud. Karena, gerakan menahan bobot berat badan yang dilakukan system otot dan ligamentum itu dapat meningkatkan kekuatan system otot sehingga dapat menjaga tetap adanya cekungan pada telapak kaki dan mencegahnya agar tidak jatuh, serta ratanya telapak kaki.
Kedua, Adanya rentang waktu pada waktu duduk di antara dua sujud. Sedangkan rentang waktu yang sangat relative ini menunjukkan adanya kesinambungan gerakan menahan yang dilakukan oleh system otot dan ligamentum kaki pada waktu seorang pelaksana shalat itu duduk. Selanjutnya keadaan tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan system otot dan ligamentum yang juga menjadi salah satu unsur olahraga. Dimana daya tahan itu sendiri dikenal sebagai kemampuan dan kekuatan untuk melakukan aktivitas tubuh secara terus-menerus dalam batas waktu yang maksimal dan berulang tanpa mengurangi kualitas pekerjaan. Selanjutnya, cara duduk iq’aa di antara dua sujud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan seperti cara duduknya anjing dapat berfungsi untuk mengekstensikan system otot paha bagian depan. Bula otot tersebut telah ekstensi maka akan menambah kelenturan persendian lutut, lebih dikenal dengan kemampuan melakukan gerakan selincah mungkin. Sebab itulah, persendian lutut dapat dilipat (fleksi) dengan maksimal hingga betis dapat menempel dengan paha. Di samping itu, posisi duduk iq’aa juga dapat mengekstensikan otot segi empat (quadriceps) yang ada di bagian depan paha sehingga dapat membuat system otot bagian depan paha semakin lentur setelah ia bertambah panjang. Keadaan ini dapat membantu persendian lutut untuk melakukan gerakan melipat dengan maksimal hingga dua tumit dapat menempel dengan pantat. Kemudian, posisi sujud sendiri dapat berfungsi menambah suplai darah ke daerah kepala sehingga jantung dan daya gravitasi bumi bekerja mengarahkan aliran darah menuju satu arah yang sama, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun posisi duduk di antara dua sujud itu dapat berfungsi untuk membantu peredaran darah untuk mengalir kembali dari kepala menuju jantung di bawah pengaruh daya gravitasi bumi. Kemudian, kembalinya lairan darah dari kepala menuju jantung sama saja seseorang sedang melakukan prosese pencucian kepala dan otaknya lewat aliran darah yang kembali  jantung dengan mengangkut zat-zat kimia sisa metabolism, pembakaran protein, zat-zat kimia sisa metabolism, pembakaran protein, zat-zat  asam, dan sisa-sisa kerja otak. Dengan begitu, daerah otok akan kembali bersih, segar, dan mampu melakukan aktivitas baru lagi (berpikir). Sedangkan cerebrum (otak besar) akan bersih dari sisa-sisa metabolism sehingga dapat meningkatkan kemampuan kerjanya yang sekaligus dapat meningkatnya diafragma pernafasan, daya penglihatan, dan lain-lain serta pada akhirnya dapat meninggakan stamina tubuh. Adapun gerakan meletakkan dua tangan diatas dua paha pada waktu duduk diantara dua sujud dapat membuat rileks otot dua siku setelah ia bekerja dengan cukup keras pada waktu sujud. Sedangkan sikap menjulurkan telapak tangan hingga berada di ujung lutut dan bukan berada di paha atas, dapat membuat dua tulang  belikat berada sejajar dengan punggung. Keadaan ini akan berbeda jika seseorang meletakkan tangannya di paha atas pada waktu duduk di antara dua sujud, karena dapat membuat tulang belikat bergeser ke depan dan kepala segitiga tulang belikat akan menonjol keluar yang sebelumnya berada di bawah. Penonjolan keluar kepala tulang belikat ini dapat menyebabkan bahu agak bungkuk ke depan sehingga punggung tidak akan tegak lurus. Karena itulah, peletakkan dua telapak tangan hendaknya berada di ujung lutut agar punggung dan kedua bahu tetap tegak lurus. Berikutnya, tulang terpanjang yang ada di dalam tubuh manusia itu adalah tulang paha. Ia lebih panjang dari tulang betis. Karena itulah, ketika betis ditempelkan ke bagian paha dan seseorang duduk di antara dua sujud dengan cara iq’aa (duduk di atas tumit) maka bagian ujung pantatnya akan jatuh di belakang tumit. Posisi pantat yang seperti itu (jatuh di belakang tumit) akan memaksa tulang pinggul untuk lebih condong ke belakang atau paling tidak, dapat mengurangi sudut kecondongan tulang pinggul hingga dapat mencapai batas normal 28-30 derajat dari garis vertical. Di samping itu, posisi pantat yang seperti itu (berada di belakang tumit) dapat mengurangi kecekungan daerah rawan sehingga tubuh menjadi seperti timbangan, yaitu bila kepala diangkat ke atas atau belakang maka akan menambah kecekungan daerah rawan. Namun, bila kepala diturunkan kea rah depan atau bawah maka dapat mengurangi kecekungan daerah rawan. Karena itulah, Rasulullah saw, memerintahkan kita untuk tidak mengangkat pandangan ke langit (atas) dan hendaknya pandangan hanya tertuju pada tempat sujud saja. Dengan begitu, kepala hanya akan condong ke depan sedikit sehingga dapat menjaga kecekungan daerah rawan dengan tidak berlebihan ataupun kurang. Gerakan yang dapat menambah kecekungan daerah rawan itu tidak hanya ketika seseorang mengangkat kepalanya saja, tetapi juga ketika ia mengangkat dua sikunya. Karena itu juga, kita dapat melihat dari gerakan Rasulullah saw, beliau akan mengangkat kedua tangannya dengan rata dua bahunya ketika ingin memulai shalat, hendak ruku, dan bangun dari ruku, namun beliau tidak akan mengangkat tangannya pada waktu sujud. Karena, gerakan mengangkat tangan pada waktu sujud dapat menambah kecekungan pada daerah rawan  sehingga dapat memungkinkan terjadinya kegagalan tulang rawan di daerah rawan, serta dapat menambah tekanan pada ujung-ujung urat saraf nutrisi yang ada di bagian belakang kaki sehingga dapat menyebabkan terjadinya pegal linu.
Dari pemaparan di atas, kita baru mengetahui hikmah mengapa Rasulullah saw, tidak mengangkat kedua tangannya pada waktu sujud. Selanjutnya, tiga orang Abdullah; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair melakukan duduk di antara dua sujud dengan cara iq’aa (duduk di atas tumit). Sedangkan Ibnu Abbas sendiri mengatakan bahwa cara duduk iq’aa itu sunnah. Meskipun, cara duduk yang seperti itu dapat membuat kaki merasa nyeri, namun anak-anak muda ataupun kaum laki-laki yang masih dalam keadaan sehat dapat saja melakukannya. Namun, bagi orang tua yang sudah lanjut ataupun seseorang yang memiliki bobot badan yang berlebihan sangat tidak mungkin ia dapat melakukannya. Sebab itu, sejak jauh-jauh hari Rasulullah saw, telah memberikan solusi untuk keadaan tersebut, yaitu terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw, meratakan telapak kaki kirinya dengan tanah dan duduk di atasnya (pada waktu duduk di antara dua sujud). Sedangkan telapak kaki kanan, beliau tegakkan. Posisi duduk seperti itu (iftirasy) sama dengan posisi duduk pada waktu tasyahud pertama. Posisi duduk (iq’aa) di antara dua sujud dengan duduk di atas tumit seperti yang dilakukan tiga orang Abdullah di atas, dapat membuat system otot bagian belakang paha mengalami tekanan yang kuat hingga mencapai otot betis bagian dalam. Lantas, kedua system otot itu saling menekan satu sama lainnya. Penekanan ini dapat berfungsi pada dua hal berikut;
Pertama, di antara cara-cara memijat adalah menggosok, mengurut, dan memijat. Adapun jenis mengurut, yaitu berupa tekanan kuat terhadap system otot dengan tujuan menekan sekuat mungkin otot agar kosong dari darah kotor dan darah yang membawa sisa-sisa pembakaran, diantaranya zat asam susu, zat asam laktat, dan lain-lainnya. Dengan begitu, peredaran darah akan kembali bersih dan lancar. Adapun duduk di antara dua sujud dengan cara iq’aa yang dilakukan oleh tiga Abdullah dapat membuat tekanan yang saling bergantian antara otot paha bagian belakang dan otot betis bagian dalam. Proses itu sama saja seperti sedang mengurut dan memijat sehingga akan mendapatkan hasil yang sama, yaitu membersihkan system otot dari urat-urat darah halus yang membawa sisa-sisa proses nutrisi pada system otot dan jaringan saraf kaki.
Kedua, penekanan kuat terhadap otot paha bagian belakang dan otot betis bagian dalam dapat membersihkan darah dari utat-urat darah yang sangat halus (pembuluh kapiler) yang ada di kaki sehingga sangat membantu dalam mencegah terjadinya varises. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar