Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Duduk Di Antara Dua Sujud
Duduk di antara dua sujud merupakan puncak latihan bagi cekungan telapak
kaki, karena seorang pelaksana shalat akan bertumpu di atas ruas dalam jemari
kakinya dan duduk di atas dua tumitnya. Meskipun, posisi seperti ini dapat
membuat sakit kedua kaki karena harus menahan bobot berat badan, mulai dari
kedua paha sampai dengan kepala. Dan ini
merupakan kerja keras yang harus
dilakukan oleh system otot dan ligamentum (persendian tulang) kaki. Namun,
posisi tersebut dapat menjaga cekungan telapak kaki dan mencegahnya dari
kelainan flat foot (rata telapak
kaki). Duduk di antara dua sujud dapat berfungsi, sebagai berikut;
Pertama, semakin bertambah
kuatnya ligamentum dan system otot telapak kaki yang menjaga cekungan telapak
kaki akibat gerakan menahan berat badan yang terus-menerus pada waktu duduk di
antara dua sujud. Karena, gerakan menahan bobot berat badan yang dilakukan system
otot dan ligamentum itu dapat meningkatkan kekuatan system otot sehingga dapat
menjaga tetap adanya cekungan pada telapak kaki dan mencegahnya agar tidak
jatuh, serta ratanya telapak kaki.
Kedua, Adanya rentang
waktu pada waktu duduk di antara dua sujud. Sedangkan rentang waktu yang sangat
relative ini menunjukkan adanya kesinambungan gerakan menahan yang dilakukan
oleh system otot dan ligamentum kaki pada waktu seorang pelaksana shalat itu
duduk. Selanjutnya keadaan tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan system
otot dan ligamentum yang juga menjadi salah satu unsur olahraga. Dimana daya
tahan itu sendiri dikenal sebagai kemampuan dan kekuatan untuk melakukan
aktivitas tubuh secara terus-menerus dalam batas waktu yang maksimal dan
berulang tanpa mengurangi kualitas pekerjaan. Selanjutnya, cara duduk iq’aa di
antara dua sujud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan seperti cara
duduknya anjing dapat berfungsi untuk mengekstensikan system otot paha bagian
depan. Bula otot tersebut telah ekstensi maka akan menambah kelenturan
persendian lutut, lebih dikenal dengan kemampuan melakukan gerakan selincah
mungkin. Sebab itulah, persendian lutut dapat dilipat (fleksi) dengan maksimal
hingga betis dapat menempel dengan paha. Di samping itu, posisi duduk iq’aa
juga dapat mengekstensikan otot segi empat (quadriceps) yang ada di bagian
depan paha sehingga dapat membuat system otot bagian depan paha semakin lentur
setelah ia bertambah panjang. Keadaan ini dapat membantu persendian lutut untuk
melakukan gerakan melipat dengan maksimal hingga dua tumit dapat menempel
dengan pantat. Kemudian, posisi sujud sendiri dapat berfungsi menambah suplai
darah ke daerah kepala sehingga jantung dan daya gravitasi bumi bekerja
mengarahkan aliran darah menuju satu arah yang sama, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Adapun posisi duduk di antara dua sujud itu dapat
berfungsi untuk membantu peredaran darah untuk mengalir kembali dari kepala
menuju jantung di bawah pengaruh daya gravitasi bumi. Kemudian, kembalinya
lairan darah dari kepala menuju jantung sama saja seseorang sedang melakukan
prosese pencucian kepala dan otaknya lewat aliran darah yang kembali jantung dengan mengangkut zat-zat kimia sisa metabolism,
pembakaran protein, zat-zat kimia sisa metabolism, pembakaran protein,
zat-zat asam, dan sisa-sisa kerja otak. Dengan
begitu, daerah otok akan kembali bersih, segar, dan mampu melakukan aktivitas
baru lagi (berpikir). Sedangkan cerebrum (otak besar) akan bersih dari
sisa-sisa metabolism sehingga dapat meningkatkan kemampuan kerjanya yang
sekaligus dapat meningkatnya diafragma pernafasan, daya penglihatan, dan
lain-lain serta pada akhirnya dapat meninggakan stamina tubuh. Adapun gerakan
meletakkan dua tangan diatas dua paha pada waktu duduk diantara dua sujud dapat
membuat rileks otot dua siku setelah ia bekerja dengan cukup keras pada waktu
sujud. Sedangkan sikap menjulurkan telapak tangan hingga berada di ujung lutut
dan bukan berada di paha atas, dapat membuat dua tulang belikat berada sejajar dengan punggung. Keadaan
ini akan berbeda jika seseorang meletakkan tangannya di paha atas pada waktu
duduk di antara dua sujud, karena dapat membuat tulang belikat bergeser ke
depan dan kepala segitiga tulang belikat akan menonjol keluar yang sebelumnya
berada di bawah. Penonjolan keluar kepala tulang belikat ini dapat menyebabkan
bahu agak bungkuk ke depan sehingga punggung tidak akan tegak lurus. Karena itulah,
peletakkan dua telapak tangan hendaknya berada di ujung lutut agar punggung dan
kedua bahu tetap tegak lurus. Berikutnya, tulang terpanjang yang ada di dalam
tubuh manusia itu adalah tulang paha. Ia lebih panjang dari tulang betis. Karena
itulah, ketika betis ditempelkan ke bagian paha dan seseorang duduk di antara
dua sujud dengan cara iq’aa (duduk di atas tumit) maka bagian ujung pantatnya
akan jatuh di belakang tumit. Posisi pantat yang seperti itu (jatuh di belakang
tumit) akan memaksa tulang pinggul untuk lebih condong ke belakang atau paling
tidak, dapat mengurangi sudut kecondongan tulang pinggul hingga dapat mencapai
batas normal 28-30 derajat dari garis vertical. Di samping itu, posisi pantat
yang seperti itu (berada di belakang tumit) dapat mengurangi kecekungan daerah
rawan sehingga tubuh menjadi seperti timbangan, yaitu bila kepala diangkat ke
atas atau belakang maka akan menambah kecekungan daerah rawan. Namun, bila
kepala diturunkan kea rah depan atau bawah maka dapat mengurangi kecekungan
daerah rawan. Karena itulah, Rasulullah saw, memerintahkan kita untuk tidak
mengangkat pandangan ke langit (atas) dan hendaknya pandangan hanya tertuju
pada tempat sujud saja. Dengan begitu, kepala hanya akan condong ke depan
sedikit sehingga dapat menjaga kecekungan daerah rawan dengan tidak berlebihan
ataupun kurang. Gerakan yang dapat menambah kecekungan daerah rawan itu tidak
hanya ketika seseorang mengangkat kepalanya saja, tetapi juga ketika ia
mengangkat dua sikunya. Karena itu juga, kita dapat melihat dari gerakan
Rasulullah saw, beliau akan mengangkat kedua tangannya dengan rata dua bahunya
ketika ingin memulai shalat, hendak ruku, dan bangun dari ruku, namun beliau
tidak akan mengangkat tangannya pada waktu sujud. Karena, gerakan mengangkat
tangan pada waktu sujud dapat menambah kecekungan pada daerah rawan sehingga dapat memungkinkan terjadinya
kegagalan tulang rawan di daerah rawan, serta dapat menambah tekanan pada
ujung-ujung urat saraf nutrisi yang ada di bagian belakang kaki sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pegal linu.
Dari pemaparan di atas,
kita baru mengetahui hikmah mengapa Rasulullah saw, tidak mengangkat kedua
tangannya pada waktu sujud. Selanjutnya, tiga orang Abdullah; Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Zubair melakukan duduk di antara dua
sujud dengan cara iq’aa (duduk di atas tumit). Sedangkan Ibnu Abbas sendiri
mengatakan bahwa cara duduk iq’aa itu sunnah. Meskipun, cara duduk yang seperti
itu dapat membuat kaki merasa nyeri, namun anak-anak muda ataupun kaum
laki-laki yang masih dalam keadaan sehat dapat saja melakukannya. Namun, bagi
orang tua yang sudah lanjut ataupun seseorang yang memiliki bobot badan yang
berlebihan sangat tidak mungkin ia dapat melakukannya. Sebab itu, sejak
jauh-jauh hari Rasulullah saw, telah memberikan solusi untuk keadaan tersebut,
yaitu terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah
saw, meratakan telapak kaki kirinya dengan tanah dan duduk di atasnya (pada
waktu duduk di antara dua sujud). Sedangkan telapak kaki kanan, beliau
tegakkan. Posisi duduk seperti itu (iftirasy) sama dengan posisi duduk pada
waktu tasyahud pertama. Posisi duduk (iq’aa) di antara dua sujud dengan duduk
di atas tumit seperti yang dilakukan tiga orang Abdullah di atas, dapat membuat
system otot bagian belakang paha mengalami tekanan yang kuat hingga mencapai
otot betis bagian dalam. Lantas, kedua system otot itu saling menekan satu sama
lainnya. Penekanan ini dapat berfungsi pada dua hal berikut;
Pertama, di antara
cara-cara memijat adalah menggosok, mengurut, dan memijat. Adapun jenis
mengurut, yaitu berupa tekanan kuat terhadap system otot dengan tujuan menekan
sekuat mungkin otot agar kosong dari darah kotor dan darah yang membawa
sisa-sisa pembakaran, diantaranya zat asam susu, zat asam laktat, dan
lain-lainnya. Dengan begitu, peredaran darah akan kembali bersih dan lancar. Adapun
duduk di antara dua sujud dengan cara iq’aa yang dilakukan oleh tiga Abdullah
dapat membuat tekanan yang saling bergantian antara otot paha bagian belakang
dan otot betis bagian dalam. Proses itu sama saja seperti sedang mengurut dan
memijat sehingga akan mendapatkan hasil yang sama, yaitu membersihkan system otot
dari urat-urat darah halus yang membawa sisa-sisa proses nutrisi pada system otot
dan jaringan saraf kaki.
Kedua, penekanan kuat
terhadap otot paha bagian belakang dan otot betis bagian dalam dapat
membersihkan darah dari utat-urat darah yang sangat halus (pembuluh kapiler)
yang ada di kaki sehingga sangat membantu dalam mencegah terjadinya varises.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar