Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Posisi Sujud
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sujud merupakan symbol terbesar
dalam penyembahan diri kepada Allah dan bentuk yang paling banyak mengandung
nilai ketundukan, kehinaan, dan pernyerahan diri kepada Allah SWT. Di samping
itu sujud menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan sujud
menjadi puncak gerakan dalam shalat. Adapun gerakan-gerakan lainnya dalam
shalat, seperti berdiri, ruku, I’tidal, dan jongkok untuk sujud semuanya
hanyalah pendahuluan dan persiapan bagi system otot sebelum seorang pelaksana
shalat itu bersujud yang mencapai puncak gerakan dalam shalat. Pertama, literature-literatur hadits dengan
berbagai jalur sanadnya menegaskan bahwa seorang pelaksana shalat ketika
bersujud harus bertumpu dengan dua telapak tangannya dengan jemari tangan
menghadap kiblat. Ia juga harus merenggangkan kedua sikunya dari bagian badan.
Bahkan, Rasulullah saw melarang umatnya (ketika bersujud) untuk meletakkan
kedua siku di atas tanah seperti yang dilakukan anjing. Mengapa kedua siku
harus diposisikan seperti itu dan mengapa meletakkan kedua siku di tanah itu
larang?
Jawabannya, bertumpu dengan dua telapak
tangan (pada waktu sujud) dan
merenggangkan kedua siku dari badan dapat membuat otot kedua siku bekerja
dengan keras untuk memikul beban berat badan dan bekerja sama dengan otot
leher. Kemudian, jika bokong diangkat maka akan menambah beban pada otot kedua
siku dan leher. Berbeda halnya bila bokong tidak diangkat dan perut dibiarkan
menempel dengan kedua paha maka beban
yang dipikul kedua siku dan leher. Berbeda halnya bila bokong tidak diangkat
dan perut dibiarkan menempel dengan kedua paha maka beban yang dipikul kedua
siku relative kecil saja. Posisi seperti ini tidak dapat menguatkan otot kedua
siku karena perut menempel pada kedua paha. Posisi ini juga tidak dilakukan
oleh Rasulullah saw, karena jika beliau bersujud tidak akan membiarkan perutnya
menempel dengan kedua paha. Kemudian dengan bertambahnya beban yang dipikul
system otot dua siku dan leher akan dapat menguatkan kedua system otot tersebut
sehingga keduanya akan bertambah kuat. Kuatnya system otot itu sendiri adalah
kemampuan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan. Untuk posisi sujud ini,
system otot kedua siku dituntut untuk mampu memikul bobot berat badan dan
bekerja sama dengan otot leher. Bertumpu pada dua telapak tangan dan kening
dapat memberikan kesempatan untuk saling tukar
secara bergantian antara system otot kedua siku dan otot leher ketika
menahan bobot berat badan jika sujud dilakukan dalam tempo yang cukup lama.
Adanya kerja sama dalam menahan berat badan antara otot kedua siku dan leher
itu dapat menjaga system otot keduanya dari kelelahan atau otot kaku akibat
terlalu lama sujud dan diam pada satu posisi saja. Kerjasama antara otot kedua
siku dan leher dalam menahan berat badan dapat memberikan kesempatan pada darah
untuk mengangkut zat-zat sisa metabolism yang ada di otot hasil kerja keras
system otot itu sendiri. Kerja sama ini juga dapat mencegah terciptanya zat
asam lactic yang muncul akibat bertumpuknya sisa metabolism. Zat asam ini
bekerja secara bertahap untuk memisahkan antara sinyal saraf dan system otot
sehingga dapat menyebabkan pelaksana shalat tidak lagi mampu meneruskan
sujudnya, karena system ototnya sendiri yang tidak menginginkannya (kelelahan).
Dengan adanya kerja sama dua system otot di atas, pelaksana shalat dapat
terhindar dari kelelahan dan memiliki alas an di hadapan Allah nanti bila tetap
merasa lelah ketika sujud. Sujud yang dilakukan dalam waktu yang relative lama
dapat meningkatkan unsur ketahanan system otot. Dimana unsur ketahanan ini
adalah salah satu elemen olahraga yang dikenal sebagai kemampuan otot untuk
bertahan dalam melakukan aktivitas tubuh dalam jangka waktu yang maksimal.
Sebab, Rasulullah saw, sendiri memerintahkan kita untuk banyak bersujud dan
mengucapkan doa ketika sujud. Dengan begitu, sujud yang dilakukan dalam tempo
yang relative lama dapat meningkatkan unsur ketahanan system otot kedua siku
dan leher. Bahkan, lamanya waktu sujud juga sangat mungkin dapat meningkatkan
pula kekuatan system otot kedua siku dan leher, di samping menambah kemampuan
dalam unsur ketahanan tanpa perlu lagi merenggangkan dua siku dari badan.
Lantas, mengapa kedua siku itu harus direnggangkan? Kami telah sebutkan
sebelumnya, gerakan siku sangat berkaitan erat dengan gerakan tulang belikat
yang ada di bawah pundak, di samping ia sangat berperan penting dalam
menyeimbangkan posisi punggung atau bahkan menyebabkannya bungkuk. Punggung
bungkuk merupakan kelainan yang banyak diderita oleh para pekerja kantor dan
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menuntut untuk membungkukkan atau
mencondongkan badan dalam waktu yang sangat panjang. Kelainan ini juga biasa
dialami oleh orang lanjut usia. Adapun mengangkat kedua siku dengan meratakan
dua pundak sambil menekannya sedikit ke belakang dapat mengembalikan dan
menyeimbangkan posisi punggung, sehingga kelainan yang terjadi dapat
disembuhkan dengan cepat.
Kemudian, ketika seorang pelaksana shalat
melebarkan kedua sikunya, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw, pada
waktu sujud, maka posisi tersebut dapat membuat lengan bagian atas sejajar
dengan kedua pundak. Sedangkan posisi bertumpu pada dua tangan yang dilakukan
oleh pelaksana shalat itu dapat mendorong sisi luar tulang belikat untuk lebih
ke belakang, sedangkan sisi dalam tulang belikat akan terdorong kea rah depan
sehingga keduanya (sisi dalam dan luar tulang belikat) akan kembali pada
posisinya yang normal. Selanjutnya, kondisi ini dapat menyembuhkan kelainan
punggung bungkuk dan dapat menguatkan otot pundak pada waktu sujud karena ia
dipaksa untuk melawan kebungkukan yang terjadi pada bahu. Dengan begitu,
kondisi tersebut dapat menambah sirkulasi pernapasan karena dada telah menjadi
lebar dan punggung telah kembali normal. Bila sirkulasi pernapasan telah menjadi
normal maka kadar hemoglobin darah akan bertambah, yang berarti akan menambah
pula kemampuan organ-organ dalam tubuh dan kemampuan otak dan otot. Dengan
begitu, terlihat jelas hikmah di balik mengapa Rasulullah saw, melarang
pelaksana shalat untuk meletakkan dua sikunya di atas tanah seperti yang
dilakukan anjing.
Pertama, ajaran Rasulullah saw, sangat
berbeda dengan tingkah laku binatang.
Kedua, meletakkan kedua siku di atas tanah
dapat menyebabkan berat badan akan terus bertumpu pada otot leher saja sehingga
dapat menyebabkan stress otot (kaku) dalam waktu sebentar saja. Posisi
meletakkan kedua siku di atas tanah akan menyebabkan kedua siku tidak menahan
beban apapun sehingga tidak akan di dapat proses pelatihan penguatan untuk
system otot kedua siku, atau peningkatan unsur ketahanannya, penyembuhan
punggung bungkuk, ataupun tidak akan menambah ruang diafragma pernapasan di
dada. Adapun hadits Barra bin Aazib ketika ia mengangkat bokongnya, ia lantas
berkata, “Seperti inilah (posisi) yang dilakukan Rasulullah saw, pada waktu
beliau bersujud.” Begitu pula hadits Abu Hamid, “Rasulullah saw, jika bersujud,
beliau tidak akan menempelkan perutnya di atas kedua pahanya.”
Jadi, tulang bokong itu dapat diangkat
dengan maksimal jika kedua paha berada dalam garis vertical dari tanah (tegak
lurus), sehingga perut tidak akan menempel dengan kedua paha. Posisi paha yang
tegak lurus juga dapat menjaga badan untuk meluruskan posisi punggung dari
sudut kemiringan bagian paha paling atas sampai titik kening yang menempel dengan
tanah. Dengan begitu, punggung akan
menjadi lurus. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Barra bin Aazib, ia berkata,
“Adapun posisi ruku, sujud, dan duduk di antara dua sujud Nabi saw, itu, jika
beliau bangun dari ruku maka beliau tidak langsung bergerak untuk sujud (ada
jeda waktu walau sebentar).” Dengan begitu, posisi mengangkat tulang bokong
akan membuat system otot punggung dan perut akan bekerja keras untuk menjaga
kelurusan punggung dan menjaganya agar tidak jatuh pada saat sujud. Dengan kata
lain, otot punggung dan perut akan berusaha mencegah terjadinya kebungkukan dan
kecekungan daerah rawan. Kerja keras system otot di dua daerah tersebut;
punggung dan perut akan semakin bertambah besar bila sujud dilakukan dalam
waktu yang relative lama karena ia dituntut untuk menjaga kelurusan punggung.
Bila gerakan ini terus dilakukan maka akan dapat mencegah perut buncit dan
dapat mencegah bertambahnya kecekungan daerah rawan. Namun, bila sujud
dilakukan dalam waktu normal saja, ia sudah dapat melindungi dan mencegah tubuh
dari kegagalan tulang rawan yang muncul akibat perut gendut dan bertambahnya
kecekungan tulang rawan. Penguatan system otot punggung dan perut, serta
menjaga cekungan tulang belakang yang tidak berlebihan dapat berfungsi sebagai
pencegah bagi tubuh dari mengalami sakit pegal linu, yaitu rasa sakit yang
dialami mulai dari kaki paling bawah sampai daerah rawan, ekstensi sepanjang
bagian belakang kaki. Penyakit ini juga muncul karena bertambahnya kecekungan
pada daerah rawan sehingga menekan saraf penyuplai nutrisi bagian belakang kaki
dan menyebabkan terjadinya penyakit seperti ini. Adapun hadits Abu Hamid yang
berbunyi, “Bahwa Nabi saw, ketika bersujud maka beliau akan memposisikan dua
kakinya tidak dalam keadaan renggang ataupun terlalu merapatkannya. Beliau juga
mengarahkan ujung jemari tangan dan kakinya menghadap kiblat.”
Ini artinya, kedua telapak kaki dalam
keadaan tegak lurus sedangkan jemari kaki diarahkan ke kiblat. Akan tetapi, apa
hikmah dari posisi seperti itu bagi kedua telapak kaki karena posisi itu
sendiri sulit dilakukan oleh keduanya (kaki dan tangan)?. Posisi tegak lurus
dengan jemari mengarah kiblat bagi telapak kaki dapat membuat otot betis bagian
dalam mengalami ekstensi sehingga dapat menambah kelenturannya. Karena, otot
betis bagian dalam biasaynya selalu ditarik pada saat berjalan ataupun berlari.
Sedangkan otot tersebut hamper tidak pernah mengalami pemanjangan seperti
ketika berada pada posisi sujud, kecuali jika seseorang berusaha untuk
merapatkan jemari kakinya dan diarahkan ke betis atau jika ia berusaha untuk
berjalan dengan bertumpu pada tumit. Dengan begitu, posisi telapak kaki yang
tegak lurus pada waktu sujud dapat berfungsi untuk mengekstesikan otot betis
bagian dalam tersebut. Setelah otot itu mengalami pemanjangan, ia akan
bertambah lentur dan dapat menambah pula kelenturan pergelangan kaki, yaitu
menambah keluwesan gerak telapak kaki. Di samping itu, pemanjangan otot dapat
menambah keringanan dan kelincahan gerak pada saat melangkah ketika berjalan.
Sedangkan bertumpu pada jemari kaki pada saat sujud dapat mendorong ruas dalam
jemari kaki untuk lebih ke belakang sehingga dapat menambah garis panjang dan
lebar cekungan telapak kaki. Kekuatan dorongan ruas dalam jemari kaki ini diseimbangkan dengan ukuran panjang dan
kekuatan jemari itu sendiri. Sebagai contoh, dorongan untuk jari paling besar
(ibu jari kaki) akan lebih besar karena dorongan itu sendiri bertumpu padanya
dan ini sesuai dengan bagian lebar cekungan telapak kaki, dimana ukuran lebar
terdalam cekungan telapak kaki itu sendiri seukuran ibu jari kaki. Berbeda
halnya dengan jari kaki terkecil (kelingking), tumpuan yang diberikan pada jari
ini sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak ada sama sekali sehingga
kekuatan dorongan pada ruas dalam jari terkecil ini tidak ada. Keadaan ini
sesuai dengan keadaan cekungan telapak kaki, karena pada garis sejajar dengan
jari terkecil ini cekungan telapak kaki sudah tidak ada lagi, yaitu sejajar
dengan sisi luar telapak kaki. Selanjutnya, tingkat dorongan pada ruas dalam
jemari kaki akan berbeda-beda sesuai dengan ukuran panjang dan kekuatan jari
itu sendiri. Dengan begitu, kita dapat mengetahui hikmah di bali berbedanya
ukuran panjang dan kekuatan jemari kaki. Disamping posisi tegak lurus telapak
kaki itu dapat menambah panjang dan lebarnya cekungan telapak kaki. Posisi
tersebut dapat pula menguatkan ligamentum (sendi tulang) yang menjaga panjang
dan lebarnya cekungan telapak kaki tersebut. Dengan begitu, jika bentuk
cekungan telapak kaki dalam keadaan normal maka ia dapat menjaga dan
melindungi, serta menyembuhkan kelainan ratanya cekungan telapak kaki (flat
foot). Sedangkan kelainan ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat pada
telapak kaki akibat terjadinya penekanan pada saraf, pembuluh darah, dan
sel-sel yang menyuplai nutrisi jemari kaki yang mengalir di bawah cekungan
telapak kaki tersebut. Di samping, cekungan telapak kaki dapat juga berfungsi
sebagai peredam hentakan yang terjadi pada saat seseorang itu tidak lincah dan
dapat mengurangi kecepatannya pada saat berlari, serta ia akan sulit untuk
melompat ataupun terjun.
Karena itulah, posisi telapak kaki yang
tegak lurus pada saat sujud ketika shalat dapat menjaga bentuk cekungan telapak
kaki dan membantu menguatkannya. Bila cekungan telapak kaki dan membantu
menguatkannya. Bila cekungan telapak kaki itu normal dan kuat. Kondisi tersebut
dapat menambah kecepatan seseorang pada saat berlari atau berjalan. Ia juga
dapat mencegah dari bergetarnya otak akibat melompat dan dapat pula menambah
kelincahan dan kelihaian langkah seorang muslim yang selalu rajin menjaga
shalatnya. Karena cekungan telapak kaki itu sangat penting bagi kesehatan
seseorang, maka gerakan-gerakan shalat selalu berusaha menjaga cekungan
tersebut dan menguatkan ligamentum (sendi tulang) dan system otot yang selalu
menjaganya. Di antara kepedulian tersebut dapat dilihat pada posisi jongkok
sebelum sujud, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada posisi sujud,
duduk diantara dua sujud, dan juga pada saat melakukan tasyahhud. Dengan kata
lain, banyak dari gerakan-gerakan shalat memberikan perhatian khusus pada
cekungan telapak kaki sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Selanjutnya,
daerah sela-sela jari kaki dan daerah antara ruas dalam jari dan telapak kaki,
yaitu daerah yang selalu tertutupi pada saat jemari kaki dilipat, merupakan dua
daerah yang sangat jarang terkena embusan udara karena keduanya berada di
daerah yang terlarang dari aliran udara, baik pada saat berjalan mamupun
berdiri. Kondisi hampa udara tersebut semakin bertambah parah ketika seseorang
memakai kaos kaki dan sepatu. Tidak melintasnya udara di dua daerah tersebut
membantu terjadinya penyekit kulit di daerah tersebut akibat munculnya beberapa
jamur dan enzim yang dapat menyebabkan terjadinya kurap atau luka di antara jari
(lecet), yaitu penyakit kulit yang banyak terjadi di daerah sekitar jari dan
sela-sela jari.
Adapun posisi bertumpu dengan ruas dalam
jari kaki ketika sujud dapat membuat daerah sekitar jari itu dilewati oleh
udara sehingga membantu mengeringkan bekas air wudhu yang dapat membawa jamur
penyebab kurap dan lecet antara jari kaki. Kemudian dengan terus dilakukannya
posisi bertumpu pada ruas dalam jari kaki pada setiap shalat dan setiap kali
sujud maka tentu saja darah jari kaki akan sering dilewati oleh udara sehingga
tidak mungkin jamur akan berada di daerah tertutup tersebut. Jamur penyakit itu
akan tarsus dibasuhi oleh pelaksana shalat setiap kali ia berwudhu dan
dikeringkan ketika melakukan sujud. Karena itulah, posisi sujud yang bertumpu
pada ruas dalam jari kaki dan menyela-nyelai jemari kaki dengan air setiap kali
berwudhu akan dapat mencegah munculnya jamur di antara jari kaki dan sela-sela
jari.
Berikutnya, ketika seseorang pelaksana
shalat bersujud, kening dan hidungnya akan menempel dengan tanah, begitu juga
kedua tangannya. Dalam posisi seperti itu, tubuh akan merasa tenang dan aliran
darah dalam tubuhnya akan dipengaruhi oleh dua kekuatan; kekuatan pompa jantung
dan kekuatan gravitasi bumi. Dua kekuatan tersebut bergabung menjadi satu di daerah
dada dan kepala, sedangkan jantung bekerja untuk memompa darah menuju kepala
seiring dengan kekuatan gravitasi bumi. Dengan begitu, suplai darah ke kepala
akan bertambah dan bersamaan dengan itu, system otot bagian belakang betis
(otot dalam betis) juga berada dalam kondisi ekstensi penuh, sedang pembuluh
darah dan sel-sel yang ada di daerah tersebut penuh dengan aliran darah. Dengan
banyaknya kadar suplai darah ke daerah betis akan membantu pengangkutan zat-zat
sisa metabolism dan dapat membantu produksi energy yang dibutuhkan untuk
bergerak dan aktivitas tubuh lainnya. Besarnya suplai darah ke daerah betis
dapat juga membantu perbaikan peredaran darah di daerah tersebut sehingga dapat
mencegah terjadinya kram pada betis yang terjadi akibat buruknya peredaran
darah atau lemahnya beberapa katup pembuluh darah di daerah tersebut. Adapun
bertambahnya suplai darah ke otak dapat menambah kadar nutrisi dan oksigen yang
ada di otak sehingga membantu menyegarkan sel-sel otak akibat melimpahnya kadar
nutrisi dan oksigen. Juga, dapat membantu dalam mengolah sisa-sisa pembakaran,
disamping dapat menyembuhkan sakit kepala akibat kekurangan kadar oksigen,
ataupun sakit kepala akibat tekanan darah rendah, anemia, kurang darah dan
lemah jantung. Dengan kata lain, semua penyakit yang timbul akibat kurangnya
jumlah darah dalam otak yang mengandung nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
dalam beraktivitas dapat segera diatasi bahkan disembuhkan. Melimpahnya suplai
darah juga dapat membantu memperbaiki daya penglihatan bagi penderita tekanan
darah rendah, dimana daya penglihatan mereka melemah akibat minimnya suplai
nutrisi dan oksigen, lebih khususnya banyak dialami bagi mereka penderita
kekurangan darah dan cepat merasa lelah. Setelah melimpahnya jumlah darah di
otak pada saat sujud, maka ketika pelaksana shalat bangun dari sujudnya, darah
itu akan kembali lagi ke jantung dengan bantuan daya gravitasi bumi. Lalu
terjadilah apa yang disebut dengan proses pencucian otak dengan membersihkan
zat-zat asam dan sisa-sisa metabolism yang menumpuk hasil dari proses kerja
otak. Melimpahnya jumlah darah di otak pada waktu sujud berfungsi juga sebagai
penyegaran kerja dan fungsi penting otak segagai reaksi alami dari bertambahnya
kadar oksigen yang ada di otak dan bertambahnya diafragma udara di paru-paru.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Rasulullah saw, ketika sujud akan
melebarkan tangannya sampai terlihat daerah ketiak beliau. Adapun gerakan
Rasulullah saw yang melebarkan tangannya pada waktu sujud sampai terlihat
ketiak beliau itu mengandung hikmah tertentu, di antaranya daerah ketiak akan
dapat dilalui udara ketika seorang pelaksana shalat melakukan sujudnya. Adapun hadits
yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw pernah bersabda, “Aku
diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota (tubuh) dan tidak boleh
merapikan rambut dan baju. (Tujuh anggota itu) antara lain, kening dan hidung,
dua tangan, dua lutut, dan dua kaki.” Sedangkan hadits yang diriwayatkan Abu
Hamid ketika menggambarkan shalat Rasulullah saw, “Jika Rasulullah saw, sujud
beliau akan merenggangkan dua pahanya dengan tidak menempelkan perutnya
sedikitpun di atas pahanya.” Dua hadits terakhir berusaha menjelaskan bahwa
Rasulullah saw, pada waktu sujud, beliau akan bertumpu pada dua lututnya hamper
dalam keadaan tegak lurus dari permukaan bumi, yaitu ukuran panjang tulang
paha. Posisi tersebut juga membuat dua sisi tulang pinggul dalam posisi sejajar
sehingga tidak menyebabkan terjadinya pergeseran tulang pinggul. Bahkan bila
posisi ini rutin diulangi pada setiap kali shalat maka dapat menghindari
terjadinya pergeseran tulang pinggul dan sekaligus menyembuhkan kelainan
tersebut, karena posisi itu memaksa dua sisi tulang pinggul berada pada dua
titik yang sama jauh dari permukaan bumi. Oleh karena itu dengan diulanginya
posisi tersebut secara berulang pada setiap kali sujud maka dapat mengembalikan
tulang pinggul ke posisi semula (normal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar