Kamis, 03 Juli 2014

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Posisi Sujud

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Posisi Sujud

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sujud merupakan symbol terbesar dalam penyembahan diri kepada Allah dan bentuk yang paling banyak mengandung nilai ketundukan, kehinaan, dan pernyerahan diri kepada Allah SWT. Di samping itu sujud menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan sujud menjadi puncak gerakan dalam shalat. Adapun gerakan-gerakan lainnya dalam shalat, seperti berdiri, ruku, I’tidal, dan jongkok untuk sujud semuanya hanyalah pendahuluan dan persiapan bagi system otot sebelum seorang pelaksana shalat itu bersujud yang mencapai puncak gerakan dalam shalat.  Pertama, literature-literatur hadits dengan berbagai jalur sanadnya menegaskan bahwa seorang pelaksana shalat ketika bersujud harus bertumpu dengan dua telapak tangannya dengan jemari tangan menghadap kiblat. Ia juga harus merenggangkan kedua sikunya dari bagian badan. Bahkan, Rasulullah saw melarang umatnya (ketika bersujud) untuk meletakkan kedua siku di atas tanah seperti yang dilakukan anjing. Mengapa kedua siku harus diposisikan seperti itu dan mengapa meletakkan kedua siku di tanah itu larang?
Jawabannya, bertumpu dengan dua telapak tangan (pada  waktu sujud) dan merenggangkan kedua siku dari badan dapat membuat otot kedua siku bekerja dengan keras untuk memikul beban berat badan dan bekerja sama dengan otot leher. Kemudian, jika bokong diangkat maka akan menambah beban pada otot kedua siku dan leher. Berbeda halnya bila bokong tidak diangkat dan perut dibiarkan menempel dengan kedua paha  maka beban yang dipikul kedua siku dan leher. Berbeda halnya bila bokong tidak diangkat dan perut dibiarkan menempel dengan kedua paha maka beban yang dipikul kedua siku relative kecil saja. Posisi seperti ini tidak dapat menguatkan otot kedua siku karena perut menempel pada kedua paha. Posisi ini juga tidak dilakukan oleh Rasulullah saw, karena jika beliau bersujud tidak akan membiarkan perutnya menempel dengan kedua paha. Kemudian dengan bertambahnya beban yang dipikul system otot dua siku dan leher akan dapat menguatkan kedua system otot tersebut sehingga keduanya akan bertambah kuat. Kuatnya system otot itu sendiri adalah kemampuan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan. Untuk posisi sujud ini, system otot kedua siku dituntut untuk mampu memikul bobot berat badan dan bekerja sama dengan otot leher. Bertumpu pada dua telapak tangan dan kening dapat memberikan kesempatan untuk saling tukar  secara bergantian antara system otot kedua siku dan otot leher ketika menahan bobot berat badan jika sujud dilakukan dalam tempo yang cukup lama. Adanya kerja sama dalam menahan berat badan antara otot kedua siku dan leher itu dapat menjaga system otot keduanya dari kelelahan atau otot kaku akibat terlalu lama sujud dan diam pada satu posisi saja. Kerjasama antara otot kedua siku dan leher dalam menahan berat badan dapat memberikan kesempatan pada darah untuk mengangkut zat-zat sisa metabolism yang ada di otot hasil kerja keras system otot itu sendiri. Kerja sama ini juga dapat mencegah terciptanya zat asam lactic yang muncul akibat bertumpuknya sisa metabolism. Zat asam ini bekerja secara bertahap untuk memisahkan antara sinyal saraf dan system otot sehingga dapat menyebabkan pelaksana shalat tidak lagi mampu meneruskan sujudnya, karena system ototnya sendiri yang tidak menginginkannya (kelelahan). Dengan adanya kerja sama dua system otot di atas, pelaksana shalat dapat terhindar dari kelelahan dan memiliki alas an di hadapan Allah nanti bila tetap merasa lelah ketika sujud. Sujud yang dilakukan dalam waktu yang relative lama dapat meningkatkan unsur ketahanan system otot. Dimana unsur ketahanan ini adalah salah satu elemen olahraga yang dikenal sebagai kemampuan otot untuk bertahan dalam melakukan aktivitas tubuh dalam jangka waktu yang maksimal. Sebab, Rasulullah saw, sendiri memerintahkan kita untuk banyak bersujud dan mengucapkan doa ketika sujud. Dengan begitu, sujud yang dilakukan dalam tempo yang relative lama dapat meningkatkan unsur ketahanan system otot kedua siku dan leher. Bahkan, lamanya waktu sujud juga sangat mungkin dapat meningkatkan pula kekuatan system otot kedua siku dan leher, di samping menambah kemampuan dalam unsur ketahanan tanpa perlu lagi merenggangkan dua siku dari badan. Lantas, mengapa kedua siku itu harus direnggangkan? Kami telah sebutkan sebelumnya, gerakan siku sangat berkaitan erat dengan gerakan tulang belikat yang ada di bawah pundak, di samping ia sangat berperan penting dalam menyeimbangkan posisi punggung atau bahkan menyebabkannya bungkuk. Punggung bungkuk merupakan kelainan yang banyak diderita oleh para pekerja kantor dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menuntut untuk membungkukkan atau mencondongkan badan dalam waktu yang sangat panjang. Kelainan ini juga biasa dialami oleh orang lanjut usia. Adapun mengangkat kedua siku dengan meratakan dua pundak sambil menekannya sedikit ke belakang dapat mengembalikan dan menyeimbangkan posisi punggung, sehingga kelainan yang terjadi dapat disembuhkan dengan cepat.
Kemudian, ketika seorang pelaksana shalat melebarkan kedua sikunya, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw, pada waktu sujud, maka posisi tersebut dapat membuat lengan bagian atas sejajar dengan kedua pundak. Sedangkan posisi bertumpu pada dua tangan yang dilakukan oleh pelaksana shalat itu dapat mendorong sisi luar tulang belikat untuk lebih ke belakang, sedangkan sisi dalam tulang belikat akan terdorong kea rah depan sehingga keduanya (sisi dalam dan luar tulang belikat) akan kembali pada posisinya yang normal. Selanjutnya, kondisi ini dapat menyembuhkan kelainan punggung bungkuk dan dapat menguatkan otot pundak pada waktu sujud karena ia dipaksa untuk melawan kebungkukan yang terjadi pada bahu. Dengan begitu, kondisi tersebut dapat menambah sirkulasi pernapasan karena dada telah menjadi lebar dan punggung telah kembali normal. Bila sirkulasi pernapasan telah menjadi normal maka kadar hemoglobin darah akan bertambah, yang berarti akan menambah pula kemampuan organ-organ dalam tubuh dan kemampuan otak dan otot. Dengan begitu, terlihat jelas hikmah di balik mengapa Rasulullah saw, melarang pelaksana shalat untuk meletakkan dua sikunya di atas tanah seperti yang dilakukan anjing.
Pertama, ajaran Rasulullah saw, sangat berbeda dengan tingkah laku binatang.
Kedua, meletakkan kedua siku di atas tanah dapat menyebabkan berat badan akan terus bertumpu pada otot leher saja sehingga dapat menyebabkan stress otot (kaku) dalam waktu sebentar saja. Posisi meletakkan kedua siku di atas tanah akan menyebabkan kedua siku tidak menahan beban apapun sehingga tidak akan di dapat proses pelatihan penguatan untuk system otot kedua siku, atau peningkatan unsur ketahanannya, penyembuhan punggung bungkuk, ataupun tidak akan menambah ruang diafragma pernapasan di dada. Adapun hadits Barra bin Aazib ketika ia mengangkat bokongnya, ia lantas berkata, “Seperti inilah (posisi) yang dilakukan Rasulullah saw, pada waktu beliau bersujud.” Begitu pula hadits Abu Hamid, “Rasulullah saw, jika bersujud, beliau tidak akan menempelkan perutnya di atas kedua pahanya.”
Jadi, tulang bokong itu dapat diangkat dengan maksimal jika kedua paha berada dalam garis vertical dari tanah (tegak lurus), sehingga perut tidak akan menempel dengan kedua paha. Posisi paha yang tegak lurus juga dapat menjaga badan untuk meluruskan posisi punggung dari sudut kemiringan bagian paha paling atas sampai titik kening yang menempel dengan tanah. Dengan begitu,  punggung akan menjadi lurus. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Barra bin Aazib, ia berkata, “Adapun posisi ruku, sujud, dan duduk di antara dua sujud Nabi saw, itu, jika beliau bangun dari ruku maka beliau tidak langsung bergerak untuk sujud (ada jeda waktu walau sebentar).” Dengan begitu, posisi mengangkat tulang bokong akan membuat system otot punggung dan perut akan bekerja keras untuk menjaga kelurusan punggung dan menjaganya agar tidak jatuh pada saat sujud. Dengan kata lain, otot punggung dan perut akan berusaha mencegah terjadinya kebungkukan dan kecekungan daerah rawan. Kerja keras system otot di dua daerah tersebut; punggung dan perut akan semakin bertambah besar bila sujud dilakukan dalam waktu yang relative lama karena ia dituntut untuk menjaga kelurusan punggung. Bila gerakan ini terus dilakukan maka akan dapat mencegah perut buncit dan dapat mencegah bertambahnya kecekungan daerah rawan. Namun, bila sujud dilakukan dalam waktu normal saja, ia sudah dapat melindungi dan mencegah tubuh dari kegagalan tulang rawan yang muncul akibat perut gendut dan bertambahnya kecekungan tulang rawan. Penguatan system otot punggung dan perut, serta menjaga cekungan tulang belakang yang tidak berlebihan dapat berfungsi sebagai pencegah bagi tubuh dari mengalami sakit pegal linu, yaitu rasa sakit yang dialami mulai dari kaki paling bawah sampai daerah rawan, ekstensi sepanjang bagian belakang kaki. Penyakit ini juga muncul karena bertambahnya kecekungan pada daerah rawan sehingga menekan saraf penyuplai nutrisi bagian belakang kaki dan menyebabkan terjadinya penyakit seperti ini. Adapun hadits Abu Hamid yang berbunyi, “Bahwa Nabi saw, ketika bersujud maka beliau akan memposisikan dua kakinya tidak dalam keadaan renggang ataupun terlalu merapatkannya. Beliau juga mengarahkan ujung jemari tangan dan kakinya menghadap kiblat.”
Ini artinya, kedua telapak kaki dalam keadaan tegak lurus sedangkan jemari kaki diarahkan ke kiblat. Akan tetapi, apa hikmah dari posisi seperti itu bagi kedua telapak kaki karena posisi itu sendiri sulit dilakukan oleh keduanya (kaki dan tangan)?. Posisi tegak lurus dengan jemari mengarah kiblat bagi telapak kaki dapat membuat otot betis bagian dalam mengalami ekstensi sehingga dapat menambah kelenturannya. Karena, otot betis bagian dalam biasaynya selalu ditarik pada saat berjalan ataupun berlari. Sedangkan otot tersebut hamper tidak pernah mengalami pemanjangan seperti ketika berada pada posisi sujud, kecuali jika seseorang berusaha untuk merapatkan jemari kakinya dan diarahkan ke betis atau jika ia berusaha untuk berjalan dengan bertumpu pada tumit. Dengan begitu, posisi telapak kaki yang tegak lurus pada waktu sujud dapat berfungsi untuk mengekstesikan otot betis bagian dalam tersebut. Setelah otot itu mengalami pemanjangan, ia akan bertambah lentur dan dapat menambah pula kelenturan pergelangan kaki, yaitu menambah keluwesan gerak telapak kaki. Di samping itu, pemanjangan otot dapat menambah keringanan dan kelincahan gerak pada saat melangkah ketika berjalan. Sedangkan bertumpu pada jemari kaki pada saat sujud dapat mendorong ruas dalam jemari kaki untuk lebih ke belakang sehingga dapat menambah garis panjang dan lebar cekungan telapak kaki. Kekuatan dorongan ruas dalam jemari kaki ini  diseimbangkan dengan ukuran panjang dan kekuatan jemari itu sendiri. Sebagai contoh, dorongan untuk jari paling besar (ibu jari kaki) akan lebih besar karena dorongan itu sendiri bertumpu padanya dan ini sesuai dengan bagian lebar cekungan telapak kaki, dimana ukuran lebar terdalam cekungan telapak kaki itu sendiri seukuran ibu jari kaki. Berbeda halnya dengan jari kaki terkecil (kelingking), tumpuan yang diberikan pada jari ini sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak ada sama sekali sehingga kekuatan dorongan pada ruas dalam jari terkecil ini tidak ada. Keadaan ini sesuai dengan keadaan cekungan telapak kaki, karena pada garis sejajar dengan jari terkecil ini cekungan telapak kaki sudah tidak ada lagi, yaitu sejajar dengan sisi luar telapak kaki. Selanjutnya, tingkat dorongan pada ruas dalam jemari kaki akan berbeda-beda sesuai dengan ukuran panjang dan kekuatan jari itu sendiri. Dengan begitu, kita dapat mengetahui hikmah di bali berbedanya ukuran panjang dan kekuatan jemari kaki. Disamping posisi tegak lurus telapak kaki itu dapat menambah panjang dan lebarnya cekungan telapak kaki. Posisi tersebut dapat pula menguatkan ligamentum (sendi tulang) yang menjaga panjang dan lebarnya cekungan telapak kaki tersebut. Dengan begitu, jika bentuk cekungan telapak kaki dalam keadaan normal maka ia dapat menjaga dan melindungi, serta menyembuhkan kelainan ratanya cekungan telapak kaki (flat foot). Sedangkan kelainan ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat pada telapak kaki akibat terjadinya penekanan pada saraf, pembuluh darah, dan sel-sel yang menyuplai nutrisi jemari kaki yang mengalir di bawah cekungan telapak kaki tersebut. Di samping, cekungan telapak kaki dapat juga berfungsi sebagai peredam hentakan yang terjadi pada saat seseorang itu tidak lincah dan dapat mengurangi kecepatannya pada saat berlari, serta ia akan sulit untuk melompat ataupun terjun.
Karena itulah, posisi telapak kaki yang tegak lurus pada saat sujud ketika shalat dapat menjaga bentuk cekungan telapak kaki dan membantu menguatkannya. Bila cekungan telapak kaki dan membantu menguatkannya. Bila cekungan telapak kaki itu normal dan kuat. Kondisi tersebut dapat menambah kecepatan seseorang pada saat berlari atau berjalan. Ia juga dapat mencegah dari bergetarnya otak akibat melompat dan dapat pula menambah kelincahan dan kelihaian langkah seorang muslim yang selalu rajin menjaga shalatnya. Karena cekungan telapak kaki itu sangat penting bagi kesehatan seseorang, maka gerakan-gerakan shalat selalu berusaha menjaga cekungan tersebut dan menguatkan ligamentum (sendi tulang) dan system otot yang selalu menjaganya. Di antara kepedulian tersebut dapat dilihat pada posisi jongkok sebelum sujud, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada posisi sujud, duduk diantara dua sujud, dan juga pada saat melakukan tasyahhud. Dengan kata lain, banyak dari gerakan-gerakan shalat memberikan perhatian khusus pada cekungan telapak kaki sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Selanjutnya, daerah sela-sela jari kaki dan daerah antara ruas dalam jari dan telapak kaki, yaitu daerah yang selalu tertutupi pada saat jemari kaki dilipat, merupakan dua daerah yang sangat jarang terkena embusan udara karena keduanya berada di daerah yang terlarang dari aliran udara, baik pada saat berjalan mamupun berdiri. Kondisi hampa udara tersebut semakin bertambah parah ketika seseorang memakai kaos kaki dan sepatu. Tidak melintasnya udara di dua daerah tersebut membantu terjadinya penyekit kulit di daerah tersebut akibat munculnya beberapa jamur dan enzim yang dapat menyebabkan terjadinya kurap atau luka di antara jari (lecet), yaitu penyakit kulit yang banyak terjadi di daerah sekitar jari dan sela-sela jari.
Adapun posisi bertumpu dengan ruas dalam jari kaki ketika sujud dapat membuat daerah sekitar jari itu dilewati oleh udara sehingga membantu mengeringkan bekas air wudhu yang dapat membawa jamur penyebab kurap dan lecet antara jari kaki. Kemudian dengan terus dilakukannya posisi bertumpu pada ruas dalam jari kaki pada setiap shalat dan setiap kali sujud maka tentu saja darah jari kaki akan sering dilewati oleh udara sehingga tidak mungkin jamur akan berada di daerah tertutup tersebut. Jamur penyakit itu akan tarsus dibasuhi oleh pelaksana shalat setiap kali ia berwudhu dan dikeringkan ketika melakukan sujud. Karena itulah, posisi sujud yang bertumpu pada ruas dalam jari kaki dan menyela-nyelai jemari kaki dengan air setiap kali berwudhu akan dapat mencegah munculnya jamur di antara jari kaki dan sela-sela jari.

Berikutnya, ketika seseorang pelaksana shalat bersujud, kening dan hidungnya akan menempel dengan tanah, begitu juga kedua tangannya. Dalam posisi seperti itu, tubuh akan merasa tenang dan aliran darah dalam tubuhnya akan dipengaruhi oleh dua kekuatan; kekuatan pompa jantung dan kekuatan gravitasi bumi. Dua kekuatan tersebut bergabung menjadi satu di daerah dada dan kepala, sedangkan jantung bekerja untuk memompa darah menuju kepala seiring dengan kekuatan gravitasi bumi. Dengan begitu, suplai darah ke kepala akan bertambah dan bersamaan dengan itu, system otot bagian belakang betis (otot dalam betis) juga berada dalam kondisi ekstensi penuh, sedang pembuluh darah dan sel-sel yang ada di daerah tersebut penuh dengan aliran darah. Dengan banyaknya kadar suplai darah ke daerah betis akan membantu pengangkutan zat-zat sisa metabolism dan dapat membantu produksi energy yang dibutuhkan untuk bergerak dan aktivitas tubuh lainnya. Besarnya suplai darah ke daerah betis dapat juga membantu perbaikan peredaran darah di daerah tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya kram pada betis yang terjadi akibat buruknya peredaran darah atau lemahnya beberapa katup pembuluh darah di daerah tersebut. Adapun bertambahnya suplai darah ke otak dapat menambah kadar nutrisi dan oksigen yang ada di otak sehingga membantu menyegarkan sel-sel otak akibat melimpahnya kadar nutrisi dan oksigen. Juga, dapat membantu dalam mengolah sisa-sisa pembakaran, disamping dapat menyembuhkan sakit kepala akibat kekurangan kadar oksigen, ataupun sakit kepala akibat tekanan darah rendah, anemia, kurang darah dan lemah jantung. Dengan kata lain, semua penyakit yang timbul akibat kurangnya jumlah darah dalam otak yang mengandung nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan dalam beraktivitas dapat segera diatasi bahkan disembuhkan. Melimpahnya suplai darah juga dapat membantu memperbaiki daya penglihatan bagi penderita tekanan darah rendah, dimana daya penglihatan mereka melemah akibat minimnya suplai nutrisi dan oksigen, lebih khususnya banyak dialami bagi mereka penderita kekurangan darah dan cepat merasa lelah. Setelah melimpahnya jumlah darah di otak pada saat sujud, maka ketika pelaksana shalat bangun dari sujudnya, darah itu akan kembali lagi ke jantung dengan bantuan daya gravitasi bumi. Lalu terjadilah apa yang disebut dengan proses pencucian otak dengan membersihkan zat-zat asam dan sisa-sisa metabolism yang menumpuk hasil dari proses kerja otak. Melimpahnya jumlah darah di otak pada waktu sujud berfungsi juga sebagai penyegaran kerja dan fungsi penting otak segagai reaksi alami dari bertambahnya kadar oksigen yang ada di otak dan bertambahnya diafragma udara di paru-paru. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Rasulullah saw, ketika sujud akan melebarkan tangannya sampai terlihat daerah ketiak beliau. Adapun gerakan Rasulullah saw yang melebarkan tangannya pada waktu sujud sampai terlihat ketiak beliau itu mengandung hikmah tertentu, di antaranya daerah ketiak akan dapat dilalui udara ketika seorang pelaksana shalat melakukan sujudnya. Adapun hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw pernah bersabda, “Aku diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota (tubuh) dan tidak boleh merapikan rambut dan baju. (Tujuh anggota itu) antara lain, kening dan hidung, dua tangan, dua lutut, dan dua kaki.” Sedangkan hadits yang diriwayatkan Abu Hamid ketika menggambarkan shalat Rasulullah saw, “Jika Rasulullah saw, sujud beliau akan merenggangkan dua pahanya dengan tidak menempelkan perutnya sedikitpun di atas pahanya.” Dua hadits terakhir berusaha menjelaskan bahwa Rasulullah saw, pada waktu sujud, beliau akan bertumpu pada dua lututnya hamper dalam keadaan tegak lurus dari permukaan bumi, yaitu ukuran panjang tulang paha. Posisi tersebut juga membuat dua sisi tulang pinggul dalam posisi sejajar sehingga tidak menyebabkan terjadinya pergeseran tulang pinggul. Bahkan bila posisi ini rutin diulangi pada setiap kali shalat maka dapat menghindari terjadinya pergeseran tulang pinggul dan sekaligus menyembuhkan kelainan tersebut, karena posisi itu memaksa dua sisi tulang pinggul berada pada dua titik yang sama jauh dari permukaan bumi. Oleh karena itu dengan diulanginya posisi tersebut secara berulang pada setiap kali sujud maka dapat mengembalikan tulang pinggul ke posisi semula (normal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar