Senin, 07 Juli 2014

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Duduk Istirahat Dan Gerakan Bangun

Bentuk-Bentuk Mukjizat Dari Duduk Istirahat Dan Gerakan Bangun

Unsur keseimbangan adalah salah satu elemen olahraga, yaitu kemampuan seseorang untuk menjaga postur tubuhnya, baik ketika ia diam ataupun bergerak, meski tempat yang menjadi pijakannya sangat kecil sekali. Dengan kata lain, unsur keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk tetap seimbang (tidak goyah) meski pijakannya hanya sedikit. Unsur keseimbangan baru akan terasa sangat penting bagi seseorang ketika ia ingin mengambil sesuatu yang kecil tetapi berada di atas jangkauannya, yaitu berada di tempat tinggi. Atau ia hanya bisa bertumpu pada satu kaki saja ketika hendak mengerjakan suatu pekerjaan di tempat yang tinggi dan takut terjatuh dari tempat tersebut. Dengan begitu, seseorang dalam kondisi sulit seperti itu harus mampu menjaga keseimbangan tubuhnya ketika ia mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga bisa tetap aman dan selamat. Artinya, unsur keseimbangan tubuhnya ketika ia mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga bisa tetap aman dan selamat. Artinya, unsur keseimbangan itu dibutuhkan ketika seseorang melakukan pekerjaan yang menuntut adanya keseimbangan tubuh agar ia tidak mudah terjatuh, dari tempat tinggi misalnya.
Dalam ilmu teknik, kita sering mendengar sebuah teori yang berbunyi, “semakin bertambahnya jarak lebar sebuah tumpuan barang maka unsur keseimbangan barang itu akan bertambah besar.”
Karena itulah, bentuk bangunan piramida memiliki kadar keseimbangan yang lebih besar dibandingkan bentuk bangunan lainnya. Karena, fondasi piramida itu jauh lebih besar dari bangunan piramida itu sendiri. Dari sini kita dapat ambil kesimpulan, semakin kecil kekuatan tumpuan suatu bangunan maka unsur keseimbangannya pun akan semakin berkurang. Begitu pula halnya dengan tubuh manusia, keseimbangan postur tubuh mereka akan masuk dalam teori tersebut. Artinya, jika seseorang itu sedang dalam lposisi duduk atau berbaring maka keseimbangan tubuhnya akan sangat besar, karena fondasi tumpuannya juga cukup besar. Kemudian jika seseorang dalam posisi berdiri maka unsur keseimbangannya akan sedikit berkurang dibandingkan posisi duduk ataupun berbaring. Sebab, jarak dua telapak kaki, yang menjadi fondasi tumpuan saat berdiri, jaraknya lebih kecil dibandingkan fondasi tumpuan pada saat duduk atau berbaring. Begitu juga halnya pada saat seseorang hanya bertumpu pada dua telapak tangannya saja, fondasi tumpuannya akan lebih berkurang, karena jarak lebar telapak tangan lebih kecil daripada telapak kaki. Apalagi, bila seseorang hanya bertumpu pada satu tangan saja, sudah tentu unsur keseimbangannya akan jauh berkurang dibandingkan ketika ia bertumpu pada dua tangan, satu kaki, apalagi dua kaki.
Adapun pada saat melakukan gerakan bangun untuk memulai rakaat kedua, ketiga, atau keempat, seorang pelaksana shalat akan bertumpu penuh pada permulaan telapak kaki, yaitu ruas dalam jemari kaki dan sebagian kecil dari ruas atas jemari, hal ini merupakan fondasi tumpuan yang sangat kecil untuk ukuran tubuh manusia, tetapi tidak akan menyebabkan kelainan pada tubuh mereka. Tetapi tidak akan menyebabkan kelainan pada tubuh mereka. Berbeda halnya jika seorang pelaksana shalat bertumpu hanya pada satu kaki saja saat ia bangun dari dua sujud, gerakan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kelainan. Namun, beda halnya jika seorang pelaksana shalat bertumpu pada dua kaki sekaligus. Karena fondasi dua kaki merupakan fondasi minimal untuk menyangga tubuh. Pada saat yang bersamaan pula, sikap tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya kelainan, karena tulang pinggul bertumpu di atas dua kaki dengan ukuran yang sama, karena itulah gerakan bangun untuk memulai rakaat berikutnya dalam shalat di atas permulaan telapak kaki dapat meningkatkan unsur keseimbangan bagi seseorang. Adapun beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika beliau sudah berusia lanjut dan gemuk, beliau mengambil tiang (tongkat) di tempat shalatnya lalu bersandar dengannya. Dengan kata lain, Rasulullah saw tidak selamanya bangun untuk memulai rakaat berikutnya ketika shalat dengan selalu bertumpu di atas permulaan telapak kaki. Hal ini berarti, kebutuhan dari peningkatan unsur keseimbangan bagi tubuh manusia itu tidak sama dengan peningkatan unsur tubuh lainnya, seperti unsur kekuatan system otot, daya tahan, kelenturan, dan lainnya. Jadi, gerakan bangun seperti di atas dilakukan bergantung penuh pada kebutuhan manusia terhadap unsur keseimbangan pada saat ia ingin mengambil sesuatu hal kecil di atas kepalanya yang berada di tempat tinggi. Ataupun ketika ia berdiri hanya di atas sebuah tumpuan kecil di tempat tinggi, tetapi kejadian ini sangat jarang terjadi. Dengan sendirinya, pengembangan unsur keseimbangan pada waktu shalat, lewat gerakan bangun yang dilakukan di atas permulaan telapak kaki dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, karena unsur keseimbangan itu tidak terlalu dibutuhkan. Kemudian, bila kita perhatikan dengan seksama rentang waktu pada saat dilakukannya gerakan bangun pada waktu shalat di atas permulaan telapak kaki hanya sebentar saja. Hal ini seusai dengan kebutuhan pengembangan unsur keseimbangan bagi tubuh manusia. Adapun hadits Mu’adz yang berbunyi, “Nabi saw ketika bangun (untuk memulai rakaat berikutnya) akan seperti anak panah (karena terlalu cepatnya).” Artinya, gerakan bangun Rasulullah saw, itu tetap saja akan melewati fase duduk istirahat walau hanya sebentar, agar badan beliau bisa melesat ke atas dengan cepat seperti anak panah. Sedangkan duduk istirahat, gerakan bangun untuk memulai rakaat berikutnya, dan melesat cepat seperti anak panah itu baru akan dapat dilakukan setelah melakukan sujud dalam jangka waktu  yang relative lama, seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw sendiri dalam sabda-sabda yang berbunyi, “ Posisi yang paling mendekatkan hamba kepada Tuhannya, yaitu pada saat ia sedang sujud.” Kemudian, semakin lamanya waktu sujud yang dilakukanmaka akan semakin menambah suplai darah  ke daerah kepala. Baru setelah itu, seorang pelaksana shalat dianjurkan untuk duduk istirahat sebentar sebagai upaya untuk mengembalikan darah yang ada di daerah kepala untuk segera kembali menuju jantung. Sekaligus, duduk istirahat tersebut dapat membantu seorang pelaksana shalat untuk dapat melesat ke atas (bangun) dengan cepat seperti anak panah untuk memulai rakaat berikutnya. Adapun gerakan bangun itu sendiri mendorong darah untuk mengalir ke bawah di bawah pengaruh daya gravitasi bumi pada saat dilakukannya gerakan bangun.
Selanjutnya duduk istirahat merupakan duduk yang dilakukan dalam jangka waktu yang sangat sebentar, dapat berfungsi untuk mempersiapkan tubuh akibat terjadinya pelipatan tubuh. Duduk istirahat juga dapat membantu mendorong darah ke bawah dan menarik aliran darah yang ada di kepala setelah terjadinya penambahan suplai darah pada saat sujud. Aliran darah yang kembali itu akan membawa serta sisa pembakaran. Proses ini dapat dinamakan dengan proses pencucian  otak yang dapat memberi penyegaran terhadap aktivitas otak dan dapat pula menyembuhkan sakit kepala yang timbul akibat kekurangan kadar oksigen di otak. Di samping, memperbaiki daya penglihatan kedua mata dan mampu mengurangi tekanan darah terhadap pembuluh-pembuluh darah yang ada di jaringan otak setelah bertambahnya suplai darah ke daerah kepala. Proses pencucian otak juga merupakan proses pengosongan dan pengisian pembuluh-pembuluh darah yang ada di otak dan mata sehingga dapat menyegarkan peredaran darah yang ada di pembuluh darah tersebut. Adapun bagi para penderita tekanan darah tinggi, gerakan melesat ke atas (bangun dengan cepat) pada waktu bergerak untuk memulai rakaat berikutnya dapat mengurangi tekanan darah yang ada di otak. Sedangkan keadaan berkurangnya jumlah darah pada saat bangun dapat mengurangi rasa nyeri sakit kepala akibat meningkatnya tekanan darah di sekitar kepala.

Kemudian, bila gerkan seperti bangun untuk memulai rakaat berikutnya terus dilakukan pada setiap rakaat shalat maka akan dapat mengurangi kemungkinan pecahnya pembuluh darah yang ada di otak dan beberapa pembuluh darah yang ada di jaringan mata bagi para penderita tekanan darah tinggi. Berikutnya, bertumpu pada permulaan telapak kaki pada saat dilakukannya gerakan bangun untuk memulai rakaat baru dapat berfungsi untuk meningkatkan kekuatan ligamentum dan system otot telapak kaki. Dengan begitu, cekungan telapak kaki dapat tetap terjaga sehingga dapat membuat gerakan bertambah lincah dan menambah kecepatan dorongan ketika berjalan ataupun berlari. Adapun peningkatan kekuatan system otot dan daya tahan otot kaki baru akan mencapai puncaknya pada saat dilakukannya gerakan bangun untuk memulai rakaat baru, karena otot kaki akan bekerja lebih keras lagi agar dapat mendorong bobot badan ke atas melawan kekuatan gravitasi bumi. Keadaan ini pula yang menjadi satu-satunya pembeda antara apa yang dilakukan otot kaki pada saat seorang pelaksana shalat itu berjongkok untuk sujud dan pada saat seseorang itu bergerak bangun untuk memulai rakaat berikutnya. Karena, pada saat seorang pelaksana shalat hendak berjongkok untuk sujud, daya tarik gravitasi bumi akan membantunya melakukan posisi jongkok tersebut, sehingga otot kaki hanya menahan sedikit saja bobot tubuh. Sebab, tubuh akan bergerak mengikuti daya tarik gravitasi bumi. Berbeda halnya pada saat seorang pelaksana shalat melakukan gerakan bangun untuk memulai rakaat baru, system otot harus berusaha melawan kekuatan daya tarik gravitasi bumi. Karena itulah, system otot harus bekerja keras seperti itu, akan dapat membantu meningkatkan  kekuatan system otot dan menambah unsur daya tahannya. Di samping itu, dapat menambah kecepatan fleksi dan ekstensi pada otot kaki, yaitu lebih dikenal dengan unsur kecepatan, dimana otot kaki dapat fleksi dengan cepat agar dapat melesat dengan cepat seperti anak panah, seperti yang digambarkan dalam hadits Mu’adz. Adapun duduk istirahat dan gerakan bangun untuk memulai rakaat berikutnya dapat menjaga kelurusan punggung sehingga dapat mencegah dari terjadinya kecekungan pada tulang belakang  yang berlebihan ataupun kurang. Berbeda halnya bila seorang pelaksana shalat itu mengangkat lututnya terlebih dahulu, baru kemudian tangannya. Gerakan seperti ini dapat membuat punggung miring ke depan (bungkuk) sehingga tidak lurus. Tentu saja posisi ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Di samping itu, gerakan mendahulukan lutut baru tangan pada saat bangun dari dua sujud dan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan seseorang itu mengalami kegagalan tulang rawan. Adapun adanya duduk istirahat dan dilakukannya gerakan bangun dengan cepat seperti anak panah seperti yang terdapat dalam hadits Mu’adz dapat menjaga kelurusan punggung. Karena, gerakan tersebut dapat mencegah terjadinya kegagalan tulang rawan, di samping dapat mencegah terjadinya kebungkukan pada tulang belakang. Gerakan bangun itu sendiri dapat menambah bobot yang harus ditahan oleh otot kaki sehingga dapat menambah kekuatan system otot kaki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar